“Setelah kejadian itu, Pak Hasan memeluk saya sambil berkata, ‘untung kamu bandel tidak ikut, karena kalau kamu ikut pasti saya akan beristirahat di tempat bom itu meledak',” ungkapnya.
Hubungan personal keduanya semakin dekat setelah Muin mengetahui bahwa Aswar Hasan ternyata masih memiliki hubungan keluarga dengan menantunya.
Dari situ, ia merasa semakin terikat secara emosional dengan sosok almarhum.
“Yang paling terkesan bagi saya, beliau itu keras tapi tidak pernah meledak-ledak. Insyaallah, semua pikiran dan tulisan beliau menjadi amal jariah untuk kita semua,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Dekan Fisip Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr Moehammad Iqbal Sultan, bercerita beberapa momentum penting yang sulit dilupakan, mulai dari masa kuliah hingga proses awal pengangkatan Aswar Hasan sebagai dosen di Universitas Hasanuddin.
Menurut Iqbal, kedekatannya dengan Aswar sudah terjalin sejak masa awal kuliah.
Ia masih ingat betul ketika Aswar hendak masuk Resimen Mahasiswa.
"Saya sendiri masuk resimen tahun 1984, sementara Pak Aswar sekitar 1986,” katanya.
Iqbal juga mengingat momen ketika Aswar sempat tertunda menyelesaikan studi S1-nya.
Bersama dua teman lain, ia mencari Aswar agar bisa melanjutkan kuliahnya.
“Saya temukan beliau di PII di Jalan Lompo Battang. Saat itu dia sudah tidak terpikir lagi soal penyelesaian kuliah," ujarnua.
"Saya ajak dan bawa ke Minasaupa, supaya bisa menuntaskan studinya,” tambah dia.(*)