TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Wakil Dekan Fisip Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr Moehammad Iqbal Sultan, mengenang perjalanan panjang persahabatannya dengan almarhum Dr Aswar Hasan.
Aswar Hasan adalah Ustaz sekaligus Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Unhas.
Ia dikenal sebagai kolega yang dikenal bijaksana dan bersahaja.
Dirinya berpulang ke rahmatullah pada pukul 20.21 WITA di RS Primaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu malam (13/8/2025).
Iqbal Sultan bercerita beberapa momentum penting yang sulit dilupakan, mulai dari masa kuliah hingga proses awal pengangkatan Aswar Hasan sebagai dosen di Universitas Hasanuddin.
Menurut Iqbal, kedekatannya dengan Aswar sudah terjalin sejak masa awal kuliah.
Ia masih ingat betul ketika Aswar hendak masuk Resimen Mahasiswa.
Saya sendiri masuk resimen tahun 1984, sementara Pak Aswar sekitar 1986,” katanya saat Dialog Forum Dosen : Mengenang Almarhum Dr Aswan Hasan di Kantor Redaksi tribun Timur, Kota Makassar, Selasa (19/8/2025).
Iqbal juga mengingat momen ketika Aswar sempat tertunda menyelesaikan studi S1-nya.
Bersama dua teman lain, ia mencari Aswar agar bisa melanjutkan kuliahnya.
“Saya temukan beliau di PII di Jalan Lompo Battang. Saat itu dia sudah tidak terpikir lagi soal penyelesaian kuliah," ujarnya.
"Saya ajak dan bawa ke Minasaupa, supaya bisa menuntaskan studinya,” tambah dia.
Kenangan lain yang tak kalah berkesan terjadi pada tahun 1992.
Iqbal yang lebih dulu diterima menjadi dosen pada 1991, teringat sahabatnya ketika ada penerimaan dosen baru.
Salah satu syaratnya adalah mampu menulis di media massa.
“Yang langsung muncul di pikiran saya saat itu adalah Aswar Hasan," ungkapnya.
Dari situ, ia mencar Aswar Hasan hingga ke rumahnya untuk di ajak masuk menjadi dosen di Fisip Unhas.
"Saya cari dia sampai ke rumahnya di Lorong Kambing dekat Masjid Raya, lalu saya titip pesan agar segera datang. Dari situlah beliau ikut seleksi dan akhirnya menjadi dosen tahun 1992,” ujar Iqbal.
Momen paling personal terjadi di penghujung hidup Aswar Hasan.
Saat itu, Aswar meminta Iqbal menjadi wali sekaligus saksi pernikahan anaknya.
“Padahal banyak yang lebih berhak, tapi entah kenapa saya yang dipilih. Beliau menyampaikan permintaan itu lewat pesan WhatsApp. Itu salah satu amanah terakhir yang tidak akan pernah saya lupakan,” kata Iqbal dengan nada haru.
Bagi Iqbal, tiga peristiwa itu menjadi kenangan abadi yang menegaskan betapa eratnya persahabatan dan ikatan batin yang ia miliki bersama Aswar Hasan.
Ketua Forum Dosen Suryadi Culla mengatakan, kegiatan ini untuk melihat sejauh mana pergaulan, refleksi dan kebersamaan dialami dengan almarhum Aswar Hasan semasa hidup.
“Kita apresiasi sebagai teman-teman almarhum, kita memberikan penghormatan dan penghargaan selama hidup almarhum bersama-sama kita, bahkan memberikan banyak sumbangan pemikiran melaui media,” katanya saat mengawali Dialog Forum Dosen.
Suryadi Culla menyebut, almarhum Aswar Hasan aktif di Forum Dosen sejam berdiri 2005 silam. Beliau selalu hadir sebagai partisipan.
Bahkan, sampai akhir hayat selalu mengemukan pandangannya melalui tulisan.
Olehnya itu, menurut Suryadi Culla, pikiran-pikiran Aswar Hasan harus tetap hidup.
“Saya kira warisan Pak Aswar sangat penting juga, tidak boleh mati,” tuturnya.
“Saya tidak tahu siapa dari kita bisa serupa (dengan almarhum), tapi paling tidak kritisme dikemukakan beliau tetap jadi semangat dilanjutkan di antara kita,” tambah dia.
Suryadi Culla juga menceritakan awal mulanya berkenalan dengan Aswar Hasan.
Ia bersama Aswar Hasan dan Hasrullah kenal ketika masih mahasiswa baru FISIP Unhas. Ketiganya masuk FISIP Unhas angkatan 1982.
“Saya kenal Pak Aswar pas Posma, perpeloncoan. Saya, Pak Aswar dan Pak Hasrullah itu akrab,” paparnya.