Ia bersama Aswar Hasan dan Hasrullah kenal ketika masih mahasiswa baru FISIP Unhas. Ketiganya masuk FISIP Unhas angkatan 1982.
“Saya kenal Pak Aswar pas Posma, perpeloncoan. Saya, Pak Aswar dan Pak Hasrullah itu akrab,” paparnya.
Wakil Pemimpin Redaksi Tribun Timur AS Kambie mengenal Aswar Hasan sebagai sosok ulet menulis.
“Kak Aswar itu setiap hari menulis, bahkan saya bilang kak nda enak kalau kita terus dimuat di Tribun. Tapi Kak Aswar bilang selang-seling saja,” katanya.
Selama Aswar Hasan sakit, AS Kambie tetap jalin komunikasi.
Dia sering dihubungi oleh Aswar Hasan di waktu subuh sekadar meminta screenshot tulisannya yang terbit di koran.
“Jam 5 subuh telepon saya, tolong kirimkan screenshot tulisan saya kalau ada,” ucapnya.
Dalam Dialog Forum Dosen ini, hadir putra almarhum Aswar Hasan, Ahmad Ashari.
Pria akrab disapa Ari ini mengaku Ayahnya masih merasa Ayahnya masih hidup.
“Saya rasa Bapakku masih ada, entah kenapa saya merasakan seperti itu,” akunya.
Di mata Ari, sang Ayah adalah orang yang rajin menulis. Setiap hari ia dikirimi hasil tulisannya melalui WhatsApp.
Bahkan, di hari-hari terakhir sebelum wafat, Ayahnya menyelesaikan tulisan terakhirnya.
Ayahnya menulis HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 tahun untuk diterbitkan di 17 Agustus, bertepatan dengan tanggal lahirnya.
“Ayah saya sangat mencintai ilmu pengetahuan dan tulisan khususnya,” ungkapnya.
Bagi Ari, Ayahnya sosok yang sangat unik.