Pihak kedatuan Luwu merespon positif keputusan tersebut.
Padahal, Maddika Bua Andi Syaifuddin Kaddiraja, mengaku sempat kecewa atas keputusan nol anggaran perbaikan jalan di Luwu Raya.
Keputusan baru pemerintah provinsi ini jadi angin segar.
“Awalnya memang sedikit ada rasa kecewa tapi sekarang sudah terobati,” tulisnya lewat pesan WhatsApp kepada Tribun, Jumat (15/8/2025) malam.
Maddika Bua Andi Syaifuddin Kaddiraja adalah tokoh adat penting dalam Kedatuan Luwu. Ia menjabat sebagai pemangku adat dan termasuk dalam Dewan Adat 12.
Ia juga dikenal dengan gelar Opu To Settiaraja, sebuah jabatan adat yang menunjukkan status kebangsawanan dan tanggung jawab budaya yang diemban.
Andi Syaifuddin Kaddiraja terlibat dalam beberapa kegiatan penting Luwu.
Pemangku adat dalam prosesi pemakaman, saat Wakil Bupati Luwu, Syukur Bijak wafat.
Maddika Bua menjelaskan bahwa jenazah tidak boleh dimakamkan sebelum penunjukan pengganti pemangku adat, sebagai bagian dari prosedur adat Kedatuan Luwu.
Menjembatani kegiatan budaya dan pemerintah, ia sering mewakili Dewan Adat 12 dalam berbagai kegiatan adat, seperti menyambut pejabat dan menjelaskan rangkaian prosesi adat, contohnya dalam penyambutan Pejabat (Pj.) Bupati Luwu dan Wali Kota Palopo.
Menyuarakan aspirasi budaya dan politik regional. Ia turut menyuarakan dukungan terhadap perjuangan pemekaran wilayah menjadi Provinsi Luwu Raya dan menekankan pentingnya persatuan masyarakat Luwu serta dukungan lembaga adat dan pelajar dalam proses tersebut.
Menghubungkan mitologi dan identitas regional, ketika menyambut calon Gubernur Sulsel Danny Pomanto di Istana Langkanae.
Ia mengaitkan peran Sawerigading sebagai nenek moyang orang Gorontalo, serta menyampaikan bahwa kunjungan tersebut merupakan 'kepulangan ke kampung halaman' yang sarat makna sejarah budaya. (*)