Opini

Menyoal JATMA Aswaja, JATMAN dan MATAN

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RUBRIK OPINI - Mahmud Suyuti, Katib ‘Am Jam’iyah Khalwatiyah. Mahmud Suyuti merupakan salah satu penulis rubrik Opini Tribun Timur.

Dari Syekh Abu al-Barkah ini Syekh Yusuf menerima tarekat dan berkembang di Indonesia dengan nama Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf al-Makassariy yang silsilah sanadnya sampai ke Syekh Sayyid Abd. Rahim Assegaf Puang Makka.

Dari hasil istikharahnya Puang Makka kemudian mendirikan ormas untuk menghimpun murid-murid dan jamaahnya di dalam Jam’iyah Khalwatiyah yang memiliki legalitas hukum dari Menkumham dan Akta Notaris nomor 04 tertanggal 06 Desember 2006 yang dibuat Notaris PPAT, Amiruddin Alie SH.

Jam’iyah Khalwatiyah juga terdaftar sebagai ormas di Kesbangpol Kota Makassar nomor urut 191 dan dengan nomor pengesahan 220/828-11/KKBL/VIII/2012.

Berkenaan dengan itu, berdirinya JATMA Aswaja sebagai organisasi tarekat tidaklah mengejutkan walaupun di sisilain menjadi perbincangan kontroversial bagi yang (mungkin) belum paham tentang dinamika sejarah perkembangan tarekat dari masa ke masa dan generasi berikutnya.

Secara organisatoris JATMA Aswaja independen, sedangkan JATMAN secara struktur organisasi melekat di Nahdlatul Ulama.

JATMA yang menghimpun ulama tarekat Nahdliyin tidak berbeda dengan JATMA Aswaja yang juga menghimpun orang-orang NU.
 
Independensi MATAN

Demikian halnya MATAN menghimpun kaum Nahdliyyin khususnya generasi muda NU dalam bertarekat.

MATAN sebagai organisasi tarekat kepemudaan NU yang keanggotaannya terdiri dari santri, pelajar, mahasiswa S1, S2, S3 dan alumni.

MATAN memiliki Anggaran Dasar dan ART sendiri bahkan MATAN memiliki SoP dalam melaksanakan kegiatan.

MATAN secara fungsional bersifat independensi terpisah dari struktur JATMAN namun jika ditarik ke sense histori antara JATMAN dan MATAN saling terikat bagai dua sisi mata uang yang menjadi pasangan hidup.

MATAN adalah jasad dan JATMAN adalah rohnya. Keduanya tidak dapat dipisahkan namun secara batiniah memiliki ikatan ruhaniah yang kuat dengan Habib Luthfi.

Sejarah memang bisa dibolak balik, tetapi tidak dapat disangkal bahwa sejarah berdirinya MATAN karena ada Habib Luthfi di sana. Di lembaran sejarah itu tercatat pesan Habib Luthfi, “Saya ingin lahir mursyid-mursyid dari MATAN…!”

Diibaratkan, MATAN sebagai seorang anak dan para guru mursyid masyaikh sebagai orang tua. Maka semestinya MATAN tidak hanya menjadi anak yang pandai, akan tetapi justru lebih mengutamakan sebagai anak yang saleh, taat dan patuh kepada orang tuanya.

Suatu waktu Puang Makka pernah bertanya ke saya. Mahmud kau pilih mana ? pilih amanat organisasi atau gurumu. Jawabku “Saya pilih amanat guruku puang !”. Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamit Thariq.(*)

Berita Terkini