Opini

Menyoal JATMA Aswaja, JATMAN dan MATAN

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RUBRIK OPINI - Mahmud Suyuti, Katib ‘Am Jam’iyah Khalwatiyah. Mahmud Suyuti merupakan salah satu penulis rubrik Opini Tribun Timur.

Oleh: Mahmud Suyuti

Ketua MATAN Sulawesi Selatan
 
TRIBUN-TIMUR.COM - InsyaAllah lusa (Ahad/10/08) dilaksanakan pengukuhan Pengurus Besar JATMA Aswaja dirangkaikan Baiat Kubra dan Zikir Kebangsaan di Masjid Istiqlal Jakarta.

JATMA Aswaja singkatan dari Jam’iyah Ahlit Thariqah al-Muktabarah Ahlussunnah Waljamaah.

Maulana Habib Luthfi bin Yahya sebagai penggagas JATMA Aswaja adalah Presiden Sufi Sedunia.

Sebagai pemimpin forum sufi sedunia yang terpilih secara aklamasi sejak tahun 2019, Habib Luthfi selalu melibatkan masyaikh tarekat dari berbagai penjuru dunia dalam kegiatan-kegiatan ketarekahan yang dipimpinnya.

Selain itu, Habib Luthfi juga sebagai penggagas dan pendiri MATAN singkatan dari Mahasiswa Ahlit Thariqah al-Muktabarah al-Nahdliah tahun 2012.

Saat mendirikan MATAN, Habib Luthfi menjabat sebagai Rais Am JATMAN singkatan dari Jam’iyah Ahlit Thariqah al-Muktabarah al-Nahdliah salah satu Badan Otonom dari Nahdlatul Ulama.

Dengan demikian kehadiran JATMA Aswaja, eksklusivisme JATMAN dan eksistensi MATAN tidak lepas dari peran penting sosok Habib Luthfi.
 
Sejarah

JATMAN sebagai Banom NU didirikan pada 10 Oktober 1957. Sejak itu, semua tarekat al-Muktabarah dan yang berpaham Aswaja berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama.

Muktamar ke-9 JATMAN tahun 2000 di Pekalongan, Habib Luthfi dipilih sebagai Rais Am sampai Kongres ke-12 tahun 2023 atau selama 23 tahun beliau memimpin JATMAN dan belum ada regenerasi.

Gayung bersambut selanjutnya PBNU mengambil inisiatif dan pada Kongres ke-13 JATMAN di Asrama Haji Boyolali menetapkan KH. Chalwani sebagai Rais Am dan Ali Masykur Musa sebagai Mudir JATMAN periode 2025-2030.

Sementara itu Habib Luthfi yang posisinya sebagai tokoh sufi sedunia tidak saja memikirkan tarekat secara nasional tetapi untuk dunia internasional maka dengan hasil istikharahnya dideklarasikanlah JATMA Aswaja.

Kehadiran JATMA Aswaja merupakan penanda zaman bahwa spiritualitas Islam semakin berkembang di penjuru dunia dan untuk seluruh alam semesta yang dalam al-Qur’an diistilahkan dengan yattina min kulli fajjin ‘amiq.

Sama halnya dengan awal munculnya tarekat khalwatiyah, bermula dari tarekat Suhrawardiyah yang mengutamakan metode khalwat kemudian dikembangkan salah seorang sufi bernama Syekh Muhammad bin Nur al-Khalwatiy menjadilah tarekat Khalwatiyah.

Tarekat Khalwatiyah kemudian mengalami perkembangan fantastis di Mesir, Mekkah, Syiria, Iran, Irak dan melebar ke seluruh jazirah Arab mencapai angka lebih 20-an cabang yang salah satunya diajarkan oleh Syekh Abu al-Barkah Ayub al-Antabi al-Khalwatiy di Damaskus.

Dari Syekh Abu al-Barkah ini Syekh Yusuf menerima tarekat dan berkembang di Indonesia dengan nama Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf al-Makassariy yang silsilah sanadnya sampai ke Syekh Sayyid Abd. Rahim Assegaf Puang Makka.

Dari hasil istikharahnya Puang Makka kemudian mendirikan ormas untuk menghimpun murid-murid dan jamaahnya di dalam Jam’iyah Khalwatiyah yang memiliki legalitas hukum dari Menkumham dan Akta Notaris nomor 04 tertanggal 06 Desember 2006 yang dibuat Notaris PPAT, Amiruddin Alie SH.

Jam’iyah Khalwatiyah juga terdaftar sebagai ormas di Kesbangpol Kota Makassar nomor urut 191 dan dengan nomor pengesahan 220/828-11/KKBL/VIII/2012.

Berkenaan dengan itu, berdirinya JATMA Aswaja sebagai organisasi tarekat tidaklah mengejutkan walaupun di sisilain menjadi perbincangan kontroversial bagi yang (mungkin) belum paham tentang dinamika sejarah perkembangan tarekat dari masa ke masa dan generasi berikutnya.

Secara organisatoris JATMA Aswaja independen, sedangkan JATMAN secara struktur organisasi melekat di Nahdlatul Ulama.

JATMA yang menghimpun ulama tarekat Nahdliyin tidak berbeda dengan JATMA Aswaja yang juga menghimpun orang-orang NU.
 
Independensi MATAN

Demikian halnya MATAN menghimpun kaum Nahdliyyin khususnya generasi muda NU dalam bertarekat.

MATAN sebagai organisasi tarekat kepemudaan NU yang keanggotaannya terdiri dari santri, pelajar, mahasiswa S1, S2, S3 dan alumni.

MATAN memiliki Anggaran Dasar dan ART sendiri bahkan MATAN memiliki SoP dalam melaksanakan kegiatan.

MATAN secara fungsional bersifat independensi terpisah dari struktur JATMAN namun jika ditarik ke sense histori antara JATMAN dan MATAN saling terikat bagai dua sisi mata uang yang menjadi pasangan hidup.

MATAN adalah jasad dan JATMAN adalah rohnya. Keduanya tidak dapat dipisahkan namun secara batiniah memiliki ikatan ruhaniah yang kuat dengan Habib Luthfi.

Sejarah memang bisa dibolak balik, tetapi tidak dapat disangkal bahwa sejarah berdirinya MATAN karena ada Habib Luthfi di sana. Di lembaran sejarah itu tercatat pesan Habib Luthfi, “Saya ingin lahir mursyid-mursyid dari MATAN…!”

Diibaratkan, MATAN sebagai seorang anak dan para guru mursyid masyaikh sebagai orang tua. Maka semestinya MATAN tidak hanya menjadi anak yang pandai, akan tetapi justru lebih mengutamakan sebagai anak yang saleh, taat dan patuh kepada orang tuanya.

Suatu waktu Puang Makka pernah bertanya ke saya. Mahmud kau pilih mana ? pilih amanat organisasi atau gurumu. Jawabku “Saya pilih amanat guruku puang !”. Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamit Thariq.(*)

Berita Terkini