Relokasi Pedagang

Pedagang Pasar Terong Tolak Digusur karena Gedungnya Rawan Runtuh dan Sepi Pembeli

Penulis: Risma Syam
Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DEMO PEDAGANG - Sejumlah pedagang Pasar Terong menggelar aksi demonstrasi di depan kantor DPRD Kota Makassar, Jl AP Petta Rani, Makassar, Sulsel pada Kamis (3/6/2025). Aksi ini sebagai bentuk penolakan penggusuran atau relokasi Pasar Terong.

Laporan wartawan Tribun-Timur.com, Risma Syam

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Sejumlah pedagang Pasar Terong unjuk rasa di depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Makassar, Jl Andi Pangerang Petta Rani, Makassar, Sulsel, Kamis (3/7/2025). 

Aksi ini merupakan bentuk penolakan atas rencana penggusuran dan relokasi Pasar Lokal Terong yang diumumkan oleh pihak pemerintah pada Senin (23/6/2025), sepuluh hari sebelumnya.

Rencana relokasi ini bukan kali pertama bagi para pedagang.

Salah seorang pedagang, Abdul Halim (60), mengaku sudah beberapa kali dipindahkan atas kebijakan pemerintah.

Namun menurutnya, pemindahan yang dilakukan selalu menimbulkan masalah baru.

"Para pedagang menolak keras. Relokasi tersebut tidak efektif. Gedung yang disiapkan tidak layak untuk berjualan dan tidak menarik minat pembeli," ujar Halim saat ditemui di lokasi aksi.

Ia menambahkan, kondisi gedung yang ditawarkan sebagai lokasi baru sangat memprihatinkan.

Baca juga: Wali Kota Makassar Appi Janji Renovasi Pasar Terong

Atapnya bocor dan bangunannya sudah tua, sehingga dinilai membahayakan keselamatan.

"Kondisi gedung yang sudah tua dikhawatirkan bisa runtuh kapan saja. Saat musim hujan, air masuk dari atap yang bocor dan lantai menjadi licin. Ini bisa membahayakan pedagang maupun pembeli," tegas Halim mengatakan.

Senada dengan Halim, salah seorang orator aksi bernama Enal juga menyoroti minimnya fasilitas yang tersedia di lokasi relokasi.

Hal ini, menurutnya, mendorong sejumlah pedagang memilih berjualan di pinggir jalan.

"Pedagang terpaksa berjualan di pinggir jalan karena tidak ada tempat yang layak. Pemerintah tidak bisa memberikan pelayanan yang baik," kata Enal dalam orasinya.

Ia juga menyampaikan kekecewaan para pedagang yang merasa hak mereka tidak terpenuhi meski selama bertahun-tahun membayar retribusi pasar.

"Lihat sendiri kondisi di sana. Lingkungan kumuh, banyak sampah, nyamuk, dan panas. Apa gunanya kami bayar retribusi selama 25 tahun kalau tidak ada pelayanan sama sekali? Yang ada hanya penggusuran terus-menerus," lanjutnya.

Halaman
12

Berita Terkini