Dugaan Penyebab Wilayah Sulsel Berkurang 657 Hektare, Pemprov Hubungi Kemendagri

Editor: Ansar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PETA SULAWESI - Luas wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) berkurang drastis berdasarkan data terbaru tercantum dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 300.2.2–2138 Tahun 2025.

TRIBUN-TIMUR.COM - Dugaan penyebab wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) berkurang ratusan hekatre.

Luas wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) berkurang drastis berdasarkan data terbaru tercantum dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 300.2.2–2138 Tahun 2025.

Dalam dokumen, luas wilayah Sulsel kini berkurang sekitar 6.575 kilometer persegi dibanding data sebelumnya. Setara 657,5 hektare.

Luas wilayah Sulsel 46.717 kilometer persegi.

Jadi luas Sulsel setelah berkurang, 40,142 kilometer persegi.

Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sulsel, Jufri Rahman mengatakan, jika pihaknya masih akan mengkonfirmasi langsung ke Kemendagri, memastikan alasan di balik perubahan data tersebut.

“Nanti dikonfirmasi ke Mendagri. Pak Idam (Kabiro Sulsel), saya sudah sampaikan untuk mempertanyakan. Tentu ada alasan kenapa Mendagri melakukan penyesuaian-penyesuaian itu,” katanya, Rabu (25/6/2025).

Jufri Rahman mengungkap, terdapat dua kemungkinan bisa menjadi penyebab terjadinya perbedaan luas wilayah ini. 

Salah satunya, kata Jufri, terkait akurasi metode pengukuran sebelumnya.

“Pertama, pengukuran sebelumnya mungkin tidak akurat, sehingga luas wilayah kita terhitung terlalu besar," uajrnya.

"Sekarang dengan perkembangan teknologi, pengukuran bisa lebih akurat. Jadi ada kemungkinan selisih itu muncul karena faktor tersebut,” tambah dia.

Meski begitu, Jufri mengaku, hal tersebut baru asumsi awal dan tidak bisa dijadikan dasar sebelum ada klarifikasi resmi dari Kemendagri.

“Kita harus tanyakan ke mereka, kenapa bisa berbeda seperti itu. Saya sendiri belum tahu jawabannya dan tidak mau berspekulasi,” ungkapnya.

Adapun kata Jufri, kemungkinan besar perbedaan ini terjadi karena proses pengukuran wilayah terdahulu belum menggunakan teknologi yang canggih seperti saat ini.

“Seperti yang saya katakan tadi, bisa jadi karena dulu pengukuran belum pakai teknologi modern, sehingga hasilnya tidak akurat," jelasnya

Halaman
1234

Berita Terkini