TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) belum merealisasikan anggaran subsidi penerbangan senilai Rp21 miliar disiapkan membuka lima rute penerbangan perintis.
Lima rute tersebut yakni Makassar-Selayar, Makassar-Bone, Bone-Kendari, Makassar-Masamba, dan Masamba-Sorowako.
Kepala Dinas Perhubungan Sulsel, Andi Erwin Terwo, mengungkapkan anggaran itu masih utuh karena rute-rute tersebut masih dalam tahap persiapan.
"Belum ada terpakai. Itu juga sudah masuk dalam rencana subsidi tahun ini," ujar Erwin saat ditemui di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Jl Sungai Tangka, Makassar, Selasa (24/6/2025).
Erwin menegaskan anggaran subsidi tersebut tidak bersinggungan dengan program pengembangan transportasi udara berbasis laut (seaplane) yang tengah digarap Pemprov Sulsel.
"Anggarannya berbeda. Kalau seaplane lebih difokuskan untuk pembangunan bandara khusus. Jadi tidak mengganggu anggaran subsidi Rp21 miliar itu," jelasnya.
Ia mengungkapkan, keterbatasan armada menjadi kendala utama dalam merealisasikan lima rute penerbangan tersebut.
"Memang sekarang ini persoalannya adalah ketersediaan pesawat. Agak sulit didapat," katanya.
Baca juga: Rp25 Miliar Disiapkan untuk Pembebasan 15 Hektare Lahan Bandara Arung Palakka
Menurutnya, beberapa jenis pesawat seperti ATR 42 sudah tergolong tua dan memerlukan banyak perbaikan.
"Pesawat ini sudah mulai langka. Suku cadang atau onderdilnya cukup sulit ditemukan," ujar Erwin.
Pemprov Sulsel terus mengupayakan pembukaan dan pengembangan lima rute penerbangan baru untuk memperkuat konektivitas antarwilayah dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Erwin menyampaikan, proses pembukaan rute masih dalam tahap pembahasan dengan sejumlah pihak.
"Ini masih dalam progres. Saat ini kita menunggu pertemuan dengan PT Vale. Kemungkinan akhir bulan ini akan ada pertemuan dengan pihak Pelita Air," kata Erwin.
Ia mengungkapkan, maskapai Pelita Air dijadwalkan menandatangani kontrak kerja sama dengan PT Vale dalam waktu dekat.
Pesawat milik maskapai itu direncanakan melayani lima rute tersebut.
"Persoalannya saat ini adalah keterbatasan unit pesawat. Cukup sulit didapat," katanya.
Meski menghadapi kendala, Pemprov Sulsel tetap optimistis rencana penerbangan ini bisa segera direalisasikan.
"Ini penting demi memperluas aksesibilitas wilayah yang selama ini belum terjangkau oleh penerbangan komersial secara optimal," katanya.
Citilink-Wings Air Masuk Radar
Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Arung Palakka masih mengupayakan operasional Bandara Arung Palakka Bone yang belum juga terealisasi.
Dua maskapai kini dipertimbangkan untuk mengisi rute penerbangan, yakni Citilink dan Wings Air dari Lion Group, setelah gagal menjalin kontrak dengan Trigana Air.
Kepala UPBU Bandara Arung Palakka, Andi Indar Gunawan, mengatakan operasional bandara menjadi prioritas dan akan segera dikoordinasikan dengan Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman.
"Trigana Air batal karena tidak memungkinkan. Kini opsinya Citilink dengan pesawat ATR-72 dan Wings Air dari Lion Group. Ini akan kami koordinasikan dengan Pak Gubernur," kata Andi Indar, Selasa (24/6/2025).
Meski begitu, ia belum bisa memastikan waktu pasti operasional bandara.
"Kami belum bisa menjanjikan kapan tepatnya. Sebelumnya ditargetkan April, tapi hingga kini belum ada informasi terbaru. Kita masih terus memantau perkembangan," ujarnya.
Selain operasional, UPBU juga fokus pada rencana perluasan Bandara Arung Palakka yang terletak di Jl Bandara, Kelurahan Mappolo Ulaweng, Kecamatan Awangpone.
Andi Indar menjelaskan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemprov Sulsel dan mengajukan dukungan ke Pemkab Bone untuk proses pembebasan lahan.
"Pembebasan akan dilakukan ke arah timur bandara, dengan penambahan sekitar 1.100 meter dari panjang landasan saat ini, yakni 1.400 meter. Lebarnya akan ditambah 45 meter," katanya.
Rencana ini telah mendapat lampu hijau dari Pemprov Sulsel dan diharapkan dibiayai melalui Bantuan Keuangan Provinsi.
"Kami sudah rapat di kantor gubernur dan melaporkan juga ke Pak Wakil Bupati. Dukungan dari Pemkab sangat kami harapkan," jelasnya.
Wakil Bupati Bone Andi Akmal Pasluddin menyambut baik rencana tersebut.
Ia mengatakan Gubernur Sulsel bahkan telah menyampaikan langsung rencana ini saat kunjungan ke Bone bersama Menteri Pertanian pada peringatan Hari Jadi Bone (HJB) April lalu.
Menurutnya, dana sebesar Rp25 miliar telah disiapkan untuk pembebasan lahan seluas sekitar 15 hektare.
"Kita akan komunikasikan hal ini ke masyarakat. Harapannya, pembebasan lahan ini bisa terealisasi tahun ini," katanya.
Sebelumnya, dana pembebasan yang direncanakan pada 2024 sebesar Rp7,5 miliar gagal dikucurkan.
Kini, dengan nilai anggaran yang lebih besar, Pemkab optimistis perluasan bisa segera dimulai.
Andi Akmal juga berharap perluasan bandara dapat membuka akses penerbangan langsung ke Jakarta dan Surabaya.
Bahkan, menurutnya, ke depan Bone bisa menjadi lokasi pemberangkatan haji langsung tanpa harus transit di Makassar.
Makassar-Mamuju Makin Dekat
Pemprov Sulsel mendukung penguatan konektivitas penerbangan antara Makassar dan Mamuju, Sulbar.
Dukungan ini penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lintas wilayah.
Sekda Sulsel Jufri Rahman menyambut positif rencana kerja sama tersebut.
Hal itu disampaikan saat menerima kunjungan rombongan Pemprov Sulbar di Makassar, Selasa (24/6/2025).
"Pemprov Sulbar sudah menjalin MoU dengan Batik Air melalui skema block seat. Ke depan, kami bahas lebih lanjut agar kolaborasi ini bisa terus berjalan," ujar Jufri.
Ia menyebut Pemprov Sulsel memberi perhatian besar pada pengembangan konektivitas wilayah melalui jalur darat, laut, maupun udara.
"Bapak Gubernur juga telah mendorong konektivitas melalui program subsidi penerbangan sebagai upaya memperlancar akses dan menggairahkan aktivitas ekonomi," jelasnya.
Program subsidi penerbangan merupakan inisiatif strategis yang dirintis sejak awal masa kepemimpinan Gubernur Andi Sudirman Sulaiman.
Pemerintah memberikan dukungan biaya kepada maskapai untuk membuka atau mempertahankan rute penting yang belum sepenuhnya dilayani komersial.
Inisiatif ini berdampak positif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memperluas akses bagi masyarakat, wisatawan, dan pelaku usaha.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Sulbar Maddareski Salating mengatakan kunjungan ini bertujuan memperkuat komitmen kerja sama penerbangan Mamuju-Makassar melalui skema block seat.
"Ini bentuk dukungan terhadap konektivitas Sulbar-Sulsel, khususnya layanan penerbangan,” ujar Maddareski.
Ia menjelaskan, Pemprov Sulbar telah menjalin nota kesepahaman dengan Batik Air untuk menjamin ketersediaan kursi dalam rute Mamuju-Makassar.
“Diharapkan ke depan, masyarakat kembali yakin untuk memilih penerbangan ini. Kemarin sempat menurun, semoga ke depan semakin lancar dan diminati,” katanya.
Perjalanan darat dari Makassar ke Mamuju ditempuh 9-12 jam.
Kini, penerbangan langsung dengan Batik Air hanya butuh 55 menit.
Rute ini menghubungkan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar dan Bandara Tampa Padang (MJU) di Mamuju, menjadi jalur vital untuk mobilitas, distribusi barang dan jasa, serta pertumbuhan ekonomi lintas daerah.
Dengan penerbangan langsung ini, diharapkan makin banyak pelaku usaha, wisatawan, dan masyarakat memanfaatkan jalur udara sebagai pilihan utama. (*)
HL TRIBUN TIMUR RABU (25/6/2025). (*)