"Ini bukan hanya keberhasilan aparat, tapi keberhasilan hati dan kemanusiaan. Kita tidak sedang berperang melawan saudara kita, kita sedang berjuang memenangkan mereka kembali," kata Letkol Heraldo.
"Satgas kami tidak akan pernah lelah berdialog, mendengarkan, dan memeluk kembali mereka yang tersesat oleh propaganda separatisme," jelasnya.
Letkol Heraldo menekankan, pendekatan non-kekerasan, komunikasi terbuka, dan pembinaan yang berkelanjutan harus menjadi garda terdepan dalam operasi teritorial ke depan.
"Papua tidak butuh lebih banyak konflik. Papua butuh lebih banyak tangan yang merangkul," ujar Letkol Heraldo.
"Kami akan terus berada di tengah masyarakat untuk memberi rasa aman dan harapan," imbuhnya.
Tangis Haru
Tiga saudara kandung tersebut kemudian berdiri tegap di depan Bendera Merah Putih.
Di bawah tatapan khidmat para hadirin, mereka membacakan ikrar kesetiaan kepada NKRI.
Mata mereka basah, suara mereka tegas.
Tangis haru pecah di antara keluarga, tokoh adat, dan aparat yang hadir.
Tak lama setelah itu, mereka menandatangani surat ikrar-sebuah simbol resmi dari pernyataan hati mereka untuk meninggalkan kehidupan di jalur separatis dan memilih jalan damai bersama NKRI.
Manus Murib, mewakili pihak keluarga, dalam pidato yang menyentuh, menyampaikan rasa terima kasih kepada TNI-Polri dan seluruh aparat keamanan.
Ia memohon agar kehadiran pos keamanan diperluas ke Distrik Yugumuak:
"Kami percaya, hanya dengan bersatu dan berdiri bersama NKRI, anak-anak kami bisa hidup aman, bisa sekolah, bisa bercita-cita," kata Manus Murib.
"Kami tidak ingin lagi hidup dalam bayang-bayang ketakutan," ujarnya.