Oleh: Firdaus Muhammad
Pembina Pesantren An-Nahdlah, Dosen UIN Alauddin dan Pengurus MUI Sulsel
TRIBUN-TIMUR.COM - Anregurutta Haji (AGH). Abdul Salam Latarebbi merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Ittahadiyah Tanre Assona, Pinrang.
Selama 7 tahun memimpin pesantren tersebut hingga wafat Selasa, 17 Juni 2025 di Rumah Sakit Lasinrang Pinrang.
Menurut Dr. Mardiah Said, Direktur Pesantren Ittahadiyah pada Kamis, 19/6/2025, menyebutkan bahwa selama bersama mengembangkan pesantren, tidak pernah tampak ekspresi marah melainkan selalu tampak sejuk, santun dan kharismatik.
Kepemimpinannya dalam pesantren mencerminkan dedikasinya pada upaya memadukan pemahaman keilmuan agama dan akhlaquk karimah.
Sosoknya wara’, kala berada dalam pertemuan atau pembicaraan yang mengarah pada gibah, beliau alihkan pembicaraan lain.
Dedikasinya dalam dunia pesantren itu, maka padanya dipercayakan sebagai Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Pinrang.
Kepala Madrasah MTs Al-Azhar Tiroang Pinrang dan merintis Pesantren Darul Qur’an di tempat kelahirannya itu.
Anregurutta Dr. KH. Abdul Salam Latarebbi, Lc, MA juga mendapat amanah sebagai Ketua MUI Kabupaten Pinrang periode 2020-2025.
Dikenal sebagai ahli agama, sejumlah testimoni tokoh dan sahabatnya menunjukkan ketokohannya. Kepala Kemenag Pinrang, H. Irfan Daming merasa kehilangan.
MenurUtnya, beliau ulama rujukan masyarakat dalam soal keagamaan di Bumi Lasinrang.
Dikenal tokoh yang selalu menebar kedamaian, kerukunan antarumat. Aktif menyuarakan moderasi beragama sehingga dirinya diterima semua kalangan.
Beliau lahir di Tiroang Pinrang tahun 1970, menempuh pendidikian di Pesantren Al-Urwatul Wustqa Benteng Kecamatan Baranti kab. Sidrap.
Pesantren tersebut didirikan oleh AGH. Muin Yusuf yang dikenal juga sebagai Kali Sidenreng. Melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir hingga meraih gelar Lc, kemudian menyelesaikan program magister dan doktor UIN Alauddin Makassar dalam bidang keilmuan tafsir.
Kepergian Dr. KH. Abdul Salam Latarebbi Lc, MA meninggalkan duka mendalam, Bupati Pinrang merasa kehilangan tokoh pemersatu dan penjaga harmoni umat, menjadi jembatan penghubung umat dan umara.
Acapkali dilibatkan dalam pertemuan dengan pemerintah untuk menerima masukan dalam mengambil keputusan strategis.
Sosoknya yang kharismatik menjadi penasehat kehidupan, dengan nada bicara lembut menyentuh jiwa, nasehat-nasehatnya didengarkan.
Ahli bicara di forum-forum keagamaan juga di mimbar berceramah atau memberi pengajian kitab kuning di pesantren yang dibinanya. Serangkaian akhlak beliau itu, patut diteladani.
Jasad beliau telah tiada tapi tetap abadi bagi masyarakat Pinrang Tetapi nilai-nilai yang ditinggalkan tetap hidup, terjaga.
Baik dalam pengembangan keilmuan pesantren melaui FKPP maupun MUI yang menempatkan sebagai ulama membumi, pemuka agama yang diterima semua kalangan.
Meninggalkan istri bernama Nur Adiyah Nirjal dan 4 anak. Diantaranya mahasiswa di Al-Azhar ikuti jejaknya. Jelang wafat masih sempat urus putrinya juga berangkat kuliah ke Mesir.