“Jemaah Indonesia terbesar, jadi jadi perhatian khusus Pemerintah Saudi,” ujarnya.
Pemerintah Saudi juga menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan.
“Termasuk jika ada kekurangan karena padatnya lalu lintas Arafah ke Mina,” katanya.
Namun, secara umum, tidak ada jemaah Indonesia yang terlantar.
“Semua jemaah berhasil diangkut, kecuali yang sedang dirawat di rumah sakit,” ujar Menag.
Proses evakuasi dinilai berjalan lancar meski sempat tersendat di beberapa titik.
“Jemaah tetap diantar ke Mina, meskipun sempat mampir sebentar di Muzdalifah,” terangnya.
Setelah lontar jumrah, sebagian jemaah langsung melanjutkan tawaf ifadah.
“Inilah yang kami sebut sebagai Nafar Awal,” katanya.
Hari kedua, suasana di Mina mulai longgar dan lebih terkendali.
“Alhamdulillah sudah bisa masuk ke lingkungan perkemahan,” katanya.
Pemerintah Saudi juga memberikan kemudahan tambahan, termasuk mobil golf untuk mempermudah mobilisasi jemaah yang kelelahan dari Muzdalifah ke Mina.
“Kemarin tak satu pun kendaraan bisa masuk ke area tenda,” ujarnya.
Selain itu, distribusi makanan juga berlangsung sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan minimnya keluhan dari jemaah soal konsumsi.
“Bahkan Sarekat melebihkan 10 persen dari jumlah jemaah,” katanya.
Menag mengakui sempat terjadi keterlambatan mobilisasi jemaah.
“Tapi bukan hanya Indonesia, semua negara juga mengalami hal sama,” jelasnya.
Penyebab utama keterlambatan adalah padatnya arus lalu lintas dan mobilisasi.
“Itulah perjuangan haji, semoga tahun depan lebih baik lagi,” harap Menag. (*)