TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru mengenai kesenjangan gaji antara pekerja laki-laki dan perempuan di Indonesia.
Dalam laporan yang dirilis pada 5 Mei 2025 itu, rata-rata upah pekerja laki-laki tercatat sebesar Rp3,37 juta, sedangkan pekerja perempuan rata-rata memperoleh Rp2,61 juta. Dengan demikian, terdapat selisih berkisar Rp760 ribu antara keduanya.
Menanggapi data tersebut, Titi, mahasiswi semester dua Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, menyampaikan bahwa angka gaji tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini, terutama perempuan.
"Apalagi perempuan perlu kebutuhan lebih, di mana perempuan perlu mengikuti standarisasi kehidupan sekarang. Jadi saya pribadi itu (Rp2,6 juta) tidak cukup," tutur Titi saat ditemui Tribun-Timur.com di Taman Firdaus UMI, Senin (2/6/2025) sore.
"Kalau dibilang cukup, bisa dibilang cukup saja, tapi kalau dibilang worth it, bisa dibilang tidak worth it (tidak sepadan) sekarang," sambungnya.
Titi mengungkapkan bahwa sebagai mahasiswa saja, ia menghabiskan hingga Rp3,5 juta per bulan. Menurutnya, gaji untuk lulusan sarjana semestinya berada di kisaran Rp3,8 juta, tergantung jenis pekerjaan.
Ia juga berharap pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap kesetaraan upah berdasarkan gender.
"Dapat membuat kebijakan yang dapat mempertimbangkan hak-hak perempuan lebih setara saja dengan laki-laki, di mana tidak boleh ada perbedaan," harapnya.
Terpisah, Misbah, mahasiswa semester delapan jurusan Agribisnis, juga menyoroti kalau gaji rata-rata sebesar Rp3,37 juta mungkin cukup untuk individu tanpa tanggungan, namun belum mencukupi bagi mereka yang sudah berkeluarga.
"Tapi kalau sudah punya tanggungan (keluarga), itu sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan," tutur Misbah.
Menurutnya, biaya kuliah yang tinggi membuat ekspektasi terhadap gaji pasca-lulus pun meningkat.
"Seharusnya kalau lulusan sarjana bisa lebih di atas dari itu (Rp3,37 juta)," ujarnya.
Misbah menilai gaji ideal bagi lulusan S1 berada di angka Rp4 juta, mengingat tingginya kebutuhan sehari-hari saat ini.
"Solusinya itu ciptakan lapangan kerja, untuk mahasiswa yang akan menjadi calon pekerja," harapnya.(*)