Badko HMI Sulsel

Dosen UIN Alauddin Makassar Muhammad Ridha Bedah Buku Nyala Api Islam di LK3 Badko HMI Sulsel

Editor: Muh Hasim Arfah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

NYALA API ISLAM-  Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Sulawesi Selatan bersama penulis buku “Nyala Api Islam” Muhammad Ridha di di Hotel UIN Alauddin, Jl. Sultan Alauddin, Makassar, Kamis (29/5/2025). Ridha mengajak para kader untuk menelisik ulang sejarah Islam dari sudut pandang yang lebih kritis, berani, dan progresif.

TRIBUN-TIMUR.COM – Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Sulawesi Selatan kembali menegaskan perannya sebagai lokomotif kaderisasi nasional dengan menggelar Latihan Kader III (LK3), jenjang pelatihan tertinggi dalam struktur perkaderan HMI.

Tak hanya berskala regional, kegiatan ini menghadirkan 27 peserta terpilih dari berbagai Badko HMI se-Indonesia, menjadikannya sebagai forum nasional strategis untuk menempa kader-kader unggul umat dan bangsa.

Salah satu momen intelektual yang mencuri perhatian adalah bedah buku “Nyala Api Islam” yang dibawakan langsung oleh penulisnya, Muhammad Ridha, dosen UIN Alauddin Makassar.

Dalam diskusi yang berlangsung hangat dan penuh gagasan, Ridha mengajak para kader untuk menelisik ulang sejarah Islam dari sudut pandang yang lebih kritis, berani, dan progresif.

“Islam tidak pernah steril dari perjuangan kelas dan ide-ide pembebasan. Menyembunyikan sisi kiri dari sejarah Islam adalah membatasi daya emansipatoris ajaran Islam itu sendiri,” tegas Ridha dalam pemaparannya.

Dalam buku tersebut, Ridha membongkar narasi-narasi dominan yang selama ini membingkai sejarah Islam secara tunggal dan normatif.

Ia menyoroti bahwa peradaban Islam pernah berdiri sebagai mercusuar dunia—menguasai ilmu pengetahuan, filsafat, ekonomi, hingga konsep keadilan sosial. 

Namun sayangnya, dalam konteks kekinian, umat Islam justru berada dalam posisi tertinggal, tercerai secara politik, dan mengalami disorientasi ideologis.

“Dahulu, Islam adalah cahaya dunia. Kini, kita justru sibuk dengan romantisme masa lalu, namun abai membangun masa depan. Kita butuh pembaruan cara berpikir—kritis, terbuka, dan berpihak kepada nilai-nilai universal keadilan seperti para pendahulu kita,” ucapnya.

Bagi peserta LK III, forum ini bukan sekadar tempat menyerap ilmu, tapi menjadi kawah candradimuka yang menyulut kegelisahan intelektual dan menajamkan kesadaran sejarah.

Diskusi buku ini menjadi titik balik penting yang membuka ruang berpikir baru: bahwa Islam memiliki akar-akar pembebasan yang selama ini kerap terabaikan dalam narasi resmi kekuasaan.

Sebagai salah satu peserta LK III Badko HMI Sulsel, saya merasakan langsung atmosfer diskusi yang begitu dinamis.

Narasumber yang dihadirkan tidak hanya berkapasitas akademik tinggi, tetapi juga memiliki jejak kontribusi nyata bagi bangsa. 

Forum ini mempertemukan gagasan dengan idealisme, serta menyatukan tekad untuk terus berpikir dan bergerak demi peradaban yang lebih adil.

“Bedah buku ini bukan hanya soal isi buku, tapi bagaimana membangkitkan kembali tradisi berpikir kritis kader HMI.

Halaman
12

Berita Terkini