PSU Pilkada Palopo

Adi Suryadi Culla Sebut Putri Dakka Rugi Tak Ikut Debat PSU Pilkada Palopo

Penulis: Renaldi Cahyadi
Editor: Alfian
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PILKADA PALOPO - Pengamat Politik Unhas, Adi Suryadi Culla. Ia menilai ketidak hadiran Putri Dakka dalam Debat PSU Pilwali Palopo adalah sebuah kerugian.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Ketidakhadiran calon Wali Kota Palopo nomor urut 1, Putri Dakka, dalam debat perdana Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilwali Palopo, menuai perhatian publik. 

Diketahui, Calon Wali Kota Palopo, Putri Dakka, tak akan hadir dalam debat yang dilaksanakan oleh KPU Sulsel di Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Kota Makassar, Sabtu (17/5/2025) besok.

Hal itu berdasarkan dari surat penyampaian dari Putri Dakka ke KPU Sulsel yang mengatakan jika dirinya dalam keadaan sakit dan tidak bisa menghadiri debat publik.

Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Adi Suryadi Culla, menilai absennya Putri Dakka dalam debat berpotensi merugikan secara elektoral, terutama di mata pemilih rasional.

Menurut Adi, debat publik merupakan ajang penting dalam proses demokrasi karena menjadi ruang bagi kandidat untuk menyampaikan visi, misi, serta gagasan mereka secara terbuka. 

“Segmen pemilih menjadi faktor penting yang memungkinkan adanya pengaruh terhadap jalannya visi-misi dalam debat. Bukan berarti debat tidak punya efek sama sekali, terutama terhadap masyarakat pemilih,” katanya saat dihubungi, Jumat (16/5/2025).

Baca juga: Alasan Batuk-batuk, Putri Dakka Tak Ikuti Debat PSU Pilkada Palopo

Baca juga: Putri Dakka Tak Ikut Debat PSU Pilkada Palopo, KPU: Tidak Ada Sanksi

 PSU PALOPO - Mesin politik partai pengusung pasangan Putri Dakka-Haidir Basir pada Pilwali Palopo, kembali dipanaskan jelang Pemungutan Suara Ulang (PSU) akhir Mei mendatang. (Tribun-Timur.com) (Tribun-Timur.com)

Ia mengaku, jika dalam teori rational choice, pemilih rasional biasanya menilai dan menjatuhkan pilihan politiknya berdasarkan kualitas gagasan dan visi yang disampaikan kandidat. 

“Ketidakhadiran kandidat bisa menjadi kerugian bagi dirinya sendiri karena kehilangan kesempatan menjangkau pemilih yang mempertimbangkan rasionalitas dalam menentukan pilihan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Adi menyebutkan ada tiga segmentasi utama dalam perilaku pemilih rasional, ideologis/partai, dan primordial. 

“Ada pemilih yang loyal pada figur, ada yang berbasis ideologi atau afiliasi, dan ada juga yang memilih karena faktor suku, komunitas, atau kedaerahan. Namun dari ketiganya, pemilih rasional paling dipengaruhi oleh debat publik,” ujarnya.

Adi juga tidak menutup kemungkinan adanya strategi politik pragmatis di balik ketidakhadiran Putri Dakka. 

“Bisa saja ada pertimbangan bahwa posisi paslon berada di urutan terendah hasil perolehan sebelumnya, sehingga merasa kecil kemungkinan untuk menang," kata Adi.

"Maka langkah pragmatis seperti mengalihkan dukungan kepada paslon lain bisa terjadi,” tambah dia.

Ia menilai langkah semacam itu bukan hal baru dalam dunia politik dan dapat dianggap sebagai bentuk realisme politik. 

“Ketika peluang menang kecil, maka mempertahankan pengaruh lewat aliansi bisa jadi strategi. Pemilih loyal pun bisa diarahkan untuk mendukung paslon lain yang lebih berpeluang menang,” ujarnya.

Menurutnya, politik elektoral tidak semata ditentukan oleh figur, partai, atau latar belakang primordial semata, melainkan juga oleh pragmatisme politik yang membentuk dukungan strategis. 

“Jadi, ketidakhadiran Putri Dakka memang merugikan dari sisi penyampaian gagasan kepada publik, tapi bisa juga merupakan bagian dari strategi yang lebih luas,” jelasnya.(*)



Berita Terkini