TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Di balik upaya Pemerintah Kota Makassar membangun kota yang lebih baik, muncul aksi penipuan yang bikin resah.
Kali ini, nama Wakil Wali Kota Makassar, Ibu Aliyah Mustika Ilham, dicatut oleh oknum tak bertanggung jawab.
Modusnya cukup meyakinkan.
Pelaku menghubungi korban lewat WhatsApp, mengaku sebagai Ibu Aliyah dan menawarkan program bantuan untuk masjid.
Tak berhenti di situ, oknum lain mengaku sebagai sekretaris pribadi beliau dan bahkan mengirimkan bukti transfer palsu sebesar Rp25 juta.
Setelah itu, korban diminta untuk “mengembalikan” uang sebesar Rp5 juta, katanya untuk keperluan sosial di tempat lain. Tentu saja semua ini palsu, dan murni upaya penipuan.
Menanggapi hal ini, Aliyah Mustika Ilham dengan tegas menyampaikan, dirinya tidak pernah meminta bantuan dana pribadi lewat pesan apa pun.
"Saya sangat prihatin. Ini mencemarkan nama baik dan bisa merugikan masyarakat. Kami hanya menyampaikan informasi resmi lewat saluran pemerintah," ujarnya, Rabu (7/5/2025).
Baca juga: HMI Takalar Kritik Polda Sulsel Lepas 37 Passobis Tangkapan TNI
Aliyah juga mengimbau masyarakat Makassar untuk lebih waspada.
Di era digital seperti sekarang, siapa pun bisa jadi sasaran.
Karena itu, penting untuk:
• Selalu cek ulang identitas pengirim pesan.
• Jangan pernah sembarangan kirim data pribadi atau uang.
• Laporkan ke polisi jika merasa ada yang janggal.
Mari kita saling jaga dan tidak memberi celah bagi para penipu.
"Jangan biarkan niat baik kita dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab. Makassar harus aman untuk semua," tegasnya.
Polda Sulsel Lepas 37 Passobis
Sebanyak 37 dari 40 terduga penipu online atau passobis yang ditangkap Denintel Kodam XIV/Hasanuddin, di Sidrap, Sulsel, Kamis (24/4/2025), dipulangkan Polda Sulsel, Sabtu (26/4/2025).
Polisi beralasan, 92,5 persen dilepas karena berdasarkan hasil pemeriksaan korban dan uji digital forensik, pelaku hanya mengarah kepada 3 orang.
"Dengan demikian, dari 40 (terduga pelaku), 3 sudah dilakukan pendalaman lebih lanjut. Sementara yang 37, karena ini sudah hampir 24 jam, akan kita kembalikan ke keluarganya," kata Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Didik Supranoto dalam konferensi pers di Mapolda Sulsel, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulsel, Sabtu malam.
Dalam konferensi pers tersebut, hadir pula Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Sulsel Kombes Pol Dedi Supriyadi dan Kabid Propam Polda Sulsel Kombes Pol Zulham Effendi.
Tak ada perwakilan TNI yang hadir.
Didik menyebut, ada 41 korban dalam kasus ini, namun baru 3 bersedia diperiksa.
"Yang lain ada yang tidak bersedia, belum siap, sudah ikhlas," kata Didik.
Baca juga: Terungkap 3 Sosok Korban yang Membuat 37 Terduga Passobis Dipulangkan Polda Sulsel
Saat menyerahkan terduga pelaku kepada Polda Sulsel, tim intel Kodam XIV/Hasanuddin turut menyerahkan barang bukti sebanyak 144 ponsel.
Sementara, Denintel Kodam XIV/Hasanuddin pada saat penangkapan, turut mengamankan barang bukti 8 unit laptop, 4 senjata tajam, 1 alat cetak resi, 1 unit handy talky, 1 buah jam tangan, 2 kunci sepeda motor, dan 10 kartu perdana telepon seluler.
Barang bukti ponsel itu pun lanjut Didik, diselidiki dengan dengan metode Scientific Crime Investigation (SCI) dan digital forensic.
SCI adalah sebuah metode yang memadukan antara teknik prosedur dan teori ilmiah dalam menangani suatu kasus kejahatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hukum.
Digital forensik adalah salah satu cabang penting dari SCI, yang berfokus pada identifikasi, pengumpulan, analisis, dan pelaporan data digital sebagai bukti kejahatan.
"(Dengan metode ini) kita mengangkat data kemudian menganalisis, di situlah ketahuan apa yang mereka lakukan di dalam handphone tersebut," ujar Didik.
Dari 144 ponsel barang bukti, baru 20 berhasil diambil datanya.
"Karena ini perlu waktu, dari 144 handphone, sudah 20 yang kita angkat datanya," ujarnya.
Modus Passobis
Berdasarkan hasil olah data dari handphone, pengakuan korban, dan pemeriksaan terduga pelaku, para passobis menyasar korban dari keluarga TNI dengan menggunakan 3 modus.
"Pertama dengan melakukan jual beli handphone. Kedua melakukan investasi dalam negeri. Ketiga, investasi luar negeri," sebut Didik.
Sementara, Kapendam XIV/Hasanuddin, Kolonel ARM Gatot Awan Febrianto dalam konferensi pers di Makodam XIV/Hasanuddin, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Jumat (25/4/2025) menyebut, terduga pelaku menawarkan investasi emas dan jual beli barang elektronik.
Terduga pelaku juga menyamar sebagai anggota TNI dan mencatut nama petinggi Kodam.
"Jadi termasuk juga ada anggota kami yang di Kodam yang menjadi korban penipuan dalam jual beli online maupun investasi emas dan jual beli barang elektronik," kata Gatot dalam konferensi pers.
Tak ada polisi hadir dalam konferensi pers ini.
Lebih lanjut, Gatot menyebut, sindikat dikoordinir seseorang berinisial HK, dan kelompok ini dikenal dengan nama Putra 99.
Setiap bulan, sindikat ini disebut meraup omzet Rp70 juta hingga Rp150 juta, dengan jumlah korban 20–30 orang, dan para terduga pelaku mendapat upah 10 persen dari hasil penipuan.
"Setiap bulannya kelompok ini meraup penghasilan kisaran Rp70 - 150 juta. Dengan jumlah korban 20-30 orang, dan mereka mendapat upah 10 persen dari pendapat yang mereka dapatkan," ujar Gatot.
Menurut Gatot, pengungkapan kasus ini bermula dari adanya laporan masyarakat tentang penipuan yang mencatut nama pejabat Kodam XIV Hasanuddin.
"Pengungkapan dilakukan pada tanggal 24 April 2025, diawali adanya laporan masyarakat bahwa terjadi penipuan dengan mencatut nama pejabat Kodam XIV/Hasanuddin," kata Gatot.
Gatot menjelaskan bahwa dasar penangkapan para terduga sesuai dengan Undang-Undang TNI tentang tugas membantu Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
"Maka personel kami dari Siber dan Timsus gabungan Intel Kodam menindaklanjuti untuk menyelidiki laporan tersebut," ujarnya.
Setelah dilakukan penelusuran, Tim Siber dan Intel Kodam berhasil menemukan keberadaan para terduga di Kabupaten Sidrap.