Selain memberdayakan ibu rumah tangga dan mahasiswa, Mimi juga bekerja sama dengan komunitas seni untuk mengembangkan desain baru.
Kedepan, ia berharap sarung ini bisa digunakan sebagai alat edukasi di sekolah-sekolah, mengenalkan budaya lokal sejak dini.
Di tengah geliat ekonomi kreatif dan semangat Ramadan, kisah Sarung Lontara menjadi contoh nyata bagaimana warisan budaya bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi tanpa kehilangan ruh kearifan lokal.
Dari lorong sempit di Makassar, Sarung Lontara kini menjelma menjadi simbol kebanggaan dan identitas yang menjangkau nusantara.