8 Peraturan
Harriet Lerner, penulis buku The Dance of Anger dan Why Won’t You Apologize: Healing Big Betrayals and Everyday Hurts, selama dua dekade mempelajari tentang permintaan maaf dan orang-orang yang tidak dapat memberinya.
Ada sejumlah aturan agar permintaan maaf ini betul-betul ‘bekerja’. Dalam catatannya, setidaknya ada delapan aturan yang harus dipatuhi, yaitu:
1. Jangan ada ‘Tetapi
Permintaan maaf yang benar tidak memasukkan kata «tetapi» di dalamnya («Saya minta maaf, tapi ...»). «Tapi» secara otomatis membatalkan permintaan maaf, dan hampir selalu melahirkan opini baru di dalamnya.
2. Fokus pada tindakan Anda
Permintaan maaf yang benar tetap fokus pada tindakan Anda, bukan pada respons orang lain.
Misalnya, «Saya minta maaf karena Anda merasa sakit hati dengan apa yang saya katakan di pesta tadi malam.»
Itu bukan permintaan maaf. Sebagai gantinya, cobalah, «Saya minta maaf atas apa yang saya katakan di pesta tadi malam.
Itu tidak peka dan tidak beralasan.» Sebut perilaku Anda yang ingin Anda mintakan maaf dan minta maaf untuk itu, titik.
3. Sederhana saja, tak perlu berlebihan
Tetap fokus pada mengakui perasaan pihak yang terluka tanpa membayangi mereka dengan rasa sakit atau penyesalan Anda sendiri.
4. Jangan menyalahkan siapapun
Permintaan maaf yang tulus tidak terjebak pada siapa yang harus disalahkan atau siapa yang «memulainya».
Mungkin Anda hanya andil 25 persen dalam kesalahan itu dan mungkin orang lain memprovokasi Anda.