Opini Nasir Suddin

Makna Puasa: Lebih dari Sekedar Menahan Lapar dan Dahaga

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

OPINI - Nasir Suddin Ketua Pembinaan Generasi Muda DPD Wahdah Islamiyah Gowa

Oleh: Nasir Suddin

Ketua Pembinaan Generasi Muda DPD Wahdah Islamiyah Gowa

TRIBUN-TIMUR.COM - PUASA, sebagai salah satu rukun Islam, memiliki makna yang mendalam bagi umat Muslim di seluruh dunia.

Bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenam matahari, puasa juga mengandung nilai-nilai spiritual, sosial, dan moral yang kaya.

Pada tingkat paling dasar, puasa mengajarkan kita untuk melatih diri.

Menahan diri dari makan, minum, dan perbuatan yang membatalkan puasa adalah bentuk kedisiplinan yang memperkuat kontrol diri dan kesabaran.

Namun, makna puasa tidak berhenti di sana. Puasa adalah cara untuk menyucikan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah.

Dengan menahan hawa nafsu, umat Muslim diajak untuk berfokus pada ibadah dan merenungkan hubungan mereka dengan Sang Pencipta.

Selain itu, puasa juga melatih empati terhadap mereka yang kurang beruntung.

Saat menahan lapar dan dahaga, kita dapat merasakan penderitaan mereka yang sehari-hari hidup dalam kekurangan.

Hal ini membangkitkan rasa syukur atas nikmat yang kita miliki. Empati yang tumbuh selama bulan Ramadan seringkali mendorong umat Islam untuk berbagi rezeki.

Tradisi memberi sedekah dan membayar zakat fitrah adalah bentuk nyata dari kepedulian sosial yang diilhami oleh puasa.

Puasa juga memiliki dimensi kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa puasa, jika dilakukan dengan benar, dapat memberikan manfaat fisik, seperti detoksifikasi tubuh dan meningkatkan metabolisme.

Namun, yang lebih penting adalah bagaimana puasa mengajarkan kita untuk mengatur pola makan dan gaya hidup sehat.

Dalam dimensi sosial, puasa mempererat hubungan keluarga dan komunitas. Momen berbuka puasa bersama menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi dan menciptakan kebersamaan yang penuh makna.

Halaman
123

Berita Terkini