TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Banjir merendam empat kecamatan di Kota Makassar pada Rabu (12/2/2024).
Titik paling parah di Kecamatan Manggala, banjir mencapai atap rumah warga.
Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel Prof Fadjry Djufry kaget dengan kondisi banjir yang sudah dua kali dalam waktu dekat.
Pada Desember 2024 lalu, banjir setinggi atap rumah juga merendam sejumlah titik di Makassar.
Ribuan warga harus mengungsi terdampak banjir. Kondisi serupa juga terjadi saat ini.
Banjir masih merendam rumah warga, ribuan jiwa di Makassar harus menginap di posko pengungsian.
Pj Gubernur Prof Fadjry Djufry mengaku perlu solusi konkrit dalam mengatasi banjir di Makassar.
Tiga pihak disebutnya punya tanggungjawab.
Yakni Pemerintah Kota Makassar, Pemerintah Provinsi Sulsel dan Kementerian Pekerjaan Umum
"Ke depan harus kita (cari) solusi permanen untuk menyelesaikan (Banjir). Karena laporan dari warga hampir tiap tahun kejadian. Sama Desember kemarin juga tahun 2024 terdampak dan tahun ini dampaknya semakin besar oleh karena itu memang harus dipikirkan bagaimana memitigasi ini supaya bencana dampak banjir ini tidak terulang kemabali," kata Prof Fadjry Djufry di Posko Pengungsian Blok 8 Antang, Makassar.
Baca juga: BPBD dan SAR Kompala Evakuasi Lansia 80 Tahun Terjebak Banjir di Perumnas Antang Makassar
"Ini perlu bersama-sama ini, Pemkot, Pemprov dan Kementerian PU juga tentunya untuk melihat seperti apa pengolahan banjir di kota Makassar," lanjutnya.
Saat ini Prof Fadjry fokus memenuhi kebutuhan para pengungsi. Diantaranya makanan siap saji hingga pakaian layak.
Bantuan juga disalurkan ke posko-posko pengungsian lainnya di Makassar.
Prof Fadjry tak ingin banjir ini terulang kembali setiap tahunnya yang merugikan masyarakat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel Amson Padolo mengungkapkan ada perbedaan penyebab banjir Januari ini dibandingkan Desember lalu.
Desember lalu banjir terjadi karena intensitas hujan memang meningkat. Sementara Banjir Februari ini terjadi karna dua hal.
"Banjir saat ini karena dibuka di Bili-Bili jadi semua aliran sungai dari Bili-Bili itu terdampak.
Yang dulu karena hujan deras, nah sekarang Bili-Bili dibuka supaya menghindari jebol," kata Amson Padolo kepada Tribun-Timur.com pada Rabu (12/2/2025).
Elevasi Bendungan Bili-bili Kabupaten Gowa, Sulsel memang meningkat karena intensitas hujan tinggi beberapa hari terakhir ini.
Hal tersebut pun membuat debit air naik di Bendungan Bili-bili dan aliran sungai Jeneberang.
Dua pintu Bendungan Bili-bili Kabupaten Gowa pun dibuka full pada Selasa (11/2/2025).
Pembukaan pintu pelimpah (spillway) ini dibuka karena debit air meningkat.
Sementara banjir di Maros, kata Amson, memang sudah diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Amson mengaku BMKG sudah mengeluarkan peringatan pasang air laut dalam beberapa hari.
Kondisi curah hujan tinggi ditambah pasang air laut membuat daratan di Kabupaten Maros terdampak banjir.
"Memang juga dari awal sudah ada peringatan dari BMKG terkait banjir pesisir. Itu terkena Maros dan Barru. Nah puncak pasang juga sehingga air naik tinggi. Air di darat tidak bisa mengalir ke laut, justru dilaut yang ke darat," lanjutnya.
Masyarakat pun diminta untuk lebih waspada dengan potensi cuaca buruk di Sulsel.(*)