“Kami mengerahkan tim dari Polres Maros, Manggala Agni, Tim SAR, BPBD, dan masyarakat setempat. Saat ini pencarian masih terus dilakukan,” katanya.
Adapun identitas korban yang terseret arus diantaranya Jean Eclezia (19), Syadza (19) dan Resky Rahim (21).
Tentang Wisata Bislab Maros
Bagi warga yang hobi menikmati keindahan alam dan menenangkan diri sebaiknya mengujungi lokasi wisata alam yang ada di Maros.
Maros memiliki sejumlah tempat wisata yang tidak kalah dengan daerah lain, seperti wisata alam Bantimurung, hutan bambu yang ada di Simbang, karts di Leang-Leang dan beberapa lokasi lainnya.
Namun objek wisata alam yang satu ini, wajib dikunjungi oleh wisatawan. Jaraknya sekitar 20 Kilometer di sebelah timur Kota Maros. Biaya petepete untuk sampai ke lokasi tersebut berikisar Rp 10 ribu dari Maros.
Wisata alam tersebut berada di kawasan taman nasional Bantimurung Bulusaraung di Desa Pattunuang, Kecamatan Bantimurung.
Hanya saja, wisata alam tersebut belum terkenal sehingga wisatawan jarang berlibur ke lokasi tersebut.
Bulusarung itu memiliki pesona tersendiri. Selain alamnya yang masih alami, objek wisata alam tersebut juga memiliki cerita rakyat yang unik.
Objek wisata itu, memiliki sejumlah panorama dan keindahan alam, seperti objek wisata alam yang dikenal dengan nama Biseang Labboro atau dikenal dengan nama bislab.
Di dalam areal hutan, terbentang sungai dengan air yang begitu jernih. Air itu mengalir melintasi tumpukan batu, sehingga wisatawan pasti akan tertarik untuk menikmati kesegarannya dengan mandi.
Beberapa pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam, rela untuk menginap di bawah tenda yang telah disediakannya. Tenda tersebut dipasang di bantaran sungai.
Pada sungai yang airnya bisa langsung diminum itu, juga terdapat sebuah telaga kecil yang menjadi tempat favorit para pengunjung untuk mandi dan berendam menikmati suasana alam yang tenang.
Selain itu, bislap lokasi wisata itu memiliki sebuah cerita rakyat yang unik. Biseang Labboro tersebut berasal dari bahasa Makassar, artinya perahu karam.
"Terdapat dua batu yang mirip dengan perahu berada tepat di tengah sungai. Bongkahan batu besar yang ditopang dengan batu kecil di bagian depan perahu itu adalah perahu milik nenek moyang penduduk asli warga setempat," kata Rika yang datang bersama keluarganya.
Warga meyakini, suatu saat batu besar tersebut akan bergeser dan menandakan akan terjadi musibah besar yang akan menimpa wilayah tersebut.
Goa yang ada di gunung karst yang menjulang, kerap dijadikan tempat menginap oleh pendaki gunung.
Hanya saja, sejumlah coretan-coretan dengam cat yang terdapat di dinding goa tersebut.(*)