Hipmi menjadi organisasi pengusaha yang terbanyak kadernya memenangkan Pilkada di Sulsel, disusul Kadin (Kamar Dagang dan Industri) sebanyak 3 kader.
Ada pula pengurus REI (Real Estat Indonesia), Asita (Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies), INSA (Indonesian National Shipowners’ Association), Gabungan Perusahaan Konstruksi Indonesia (Gapeksi), Hiswana Migas, Gapeksindo (Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia), Aspanji (Asosiasi Pengusaha Pengadaan Barang dan Jasa Indonesia), Asosiasi Tambang Rakyat Indonesia, dan Asosiasi Kontraktor Ketenagalistrikan Indonesia.
Nama organisasi juga mengindikasikan jenis usaha dijalankan para calon kepala daerah pemenang Pilkada.
Separuh pengusaha
Sebanyak 25 dari 50 calon kepala daerah dan wakil kepala daerah pemenang Pilkada di Sulsel memiliki latar belakang pengusaha.
Ada pengusaha pelayaran, pengusaha properti, pengusaha agen perjalanan, kontraktor, pengusaha tambang, hingga pengusaha SPBU.
Latar belakang sebagai pengusaha diharapkan memberikan nilai tambah dalam memimpin daerah, terutama dalam mendorong investasi, pembangunan infrastruktur, dan pertumbuhan ekonomi.
Namun, tantangan seperti menjaga integritas dan menghindari konflik kepentingan harus jadi perhatian.
“Kalau hanya kaya saja, dermawan saja, tak cukup memimpin sebuah daerah. Seorang kepala daerah butuh kemampuan leadership, butuh integritas,” kata pengamat komunikasi politik dari Universitas Hasanuddin, Hasrullah, Sabtu kemarin.
Tanpa integritas, kepemimpinan rentan terhadap konflik kepentingan dan penyalahgunaan wewenang.
“Kalau hanya berdasarkan uang, bagaimana menjalankan pemerintahan?” kata Hasrullah.
Cost politik
Banyaknya pengusaha memenangkan Pilkada, kata Hasrullah menjadi indikasi jika Pilkada butuh cost politik yang besar.
“Itu artinya pilkada memang butuh cost politik,” ujarnya.
Dari proses pencalonan hingga kampanye, dana menjadi salah satu elemen krusial yang menentukan keberhasilan kandidat.