TRIBUN-TIMUR.COM - Data Kementerian Kesehatan menyatakan angka prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan dari 30,8 persen di tahun 2018 menjadi 21,5 persen pada 2023. Pengentasan stunting merupakan sebuah urgensi karena sangat berpengaruh terhadap kehidupan generasi penerus bangsa. Stunting tak hanya mengganggu perkembangan fisik, tetapi juga berdampak pada perkembangan intelektualitas anak yang berpengaruh saat dewasa.
Hal tersebut membuat angka stunting memiliki kaitan erat dengan pemanfaatan bonus demografi di Indonesia. periode puncak bonus demografi di Indonesia, yang ditandai dengan dominasi masyarakat usia produktif, diproyeksikan terjadi pada tahun 2020-2035. Namun, keberadaan stunting dapat mengancam kualitas, kapasitas, serta daya saing anak-anak yang akan tumbuh menjadi bonus demografi tersebut.
Stunting sebagai kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis adalah hal berbahaya karena berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. Anak yang terlahir stunting tidak hanya memiliki tubuh pendek, tetapi juga berisiko memiliki tingkat kecerdasan rendah yang dapat menurunkan produktivitas. Di usia tua, anak yang terlahir stunting juga lebih rentan terhadap penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes. Oleh karena itulah stunting saat ini menjadi salah satu program prioritas nasional.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah selama 10 tahun terakhir. Meskipun terjadi penurunan, namun masih banyak tantangan untuk menurunkan angka stunting. Bersama Kabinet Merah Putih, Presiden Prabowo Subianto pun menetapkan penurunan prevalensi stunting sebagai prioritas utama, salah satunya melalui program Makan Bergizi Gratis.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji juga menyatakan negara hadir untuk menangani stunting, seperti melalui program inovatif Gerakan Orang Tua Asuh (Genting).
Penyebab Stunting dan Langkah Strategis Pemerintah
Meski prevalensi stunting di Indonesia selama 2013-2023 terus menurun, progres ini belum dapat memenuhi target pemerintah 2020-2024 yang menargetkan prevalensi stunting sebesar 14 persen pada 2024.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan 23 provinsi memiliki prevalensi stunting di atas rata-rata nasional, dengan wilayah Indonesia Timur menjadi area paling terdampak. Papua Tengah mencatat angka tertinggi sebesar 39,4 persen, diikuti Nusa Tenggara Timur 37,9?n Papua Pegunungan 37,3 persen . Sebaliknya, Bali menjadi provinsi dengan prevalensi terendah, yakni 7,2 persen .
Di tingkat kabupaten/kota, Deiyai di Papua Tengah mencatat prevalensi stunting tertinggi sebesar 50,2 % , diikuti dua daerah di NTT, yaitu Timor Tengah Selatan 50,1?n Belu 48,1 % . Fenomena ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih terintegrasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk memastikan program pencegahan stunting berjalan efektif.
Masih tingginya prevalensi stunting di berbagai wilayah disebabkan oleh banyak faktor, antara lain kurangnya asupan gizi; pola asuh yang tidak tepat; sanitasi dan kebersihan yang buruk; serta faktor sosial-ekonomi, seperti kemiskinan dan ketimpangan akses terhadap layanan kesehatan.
Terkait tantangan yang ada, pemerintah telah mengambil langkah-langkah strategis, seperti mengadakan pemberian makanan tambahan (PMT), suplementasi zat besi untuk ibu hamil dan remaja, imunisasi, pembangunan sanitasi layak, peningkatan akses air bersih, dan edukasi gizi.
Selain itu, penguatan program Posyandu untuk memantau pertumbuhan anak dan alokasi dana desa prioritas untuk penanganan stunting dan gizi buruk juga turut menjadi fokus utama.
Kemenkomdigi Fokus Literasi Cegah Stunting
Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) turut mendukung pencegahan stunting dari hulu melalui berbagai inisiatif, seperti Forum Generasi Bersih dan Sehat (Genbest). Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda dan menggerakan mereka untuk menyebarkan informasi benar tentang stunting.
Melalui langkah ini, diharapkan generasi muda bisa menjadi agen perubahan yang aktif dalam mendorong perilaku hidup sehat. Kampanye digital pun terus digencarkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.