Brigjen TNI Heri Rustandi (Pa Sahli Tingkat II Kamkonf Komunal Sahli Bid. Polkamnas Panglima TNI), Brigjen TNI Denny Marantika, M.Han (Waasrenum Panglima TNI), Brigjen TNI Rio Hendrawan Alin Putra, S.I.P., M.I.P (Karo TU dan Protokol Setjen Kemhan), dan Brigjen TNI Lin Nufrianto (Kapusada TNI).
Sementara itu, Pati di dalam struktur TNI AD meliputi Mayjen TNI Budi Irawan, S.I.P., M.Si. (Pa Sahli Kasad Tingkat III Bid. Jahpers), Mayjen TNI Tatang Subarna (Pa Sahli Kasad Tingkat III Bid. Banusia),
Brigjen TNI Purnomosidi, S.I.P., M.A.P., M.Han. (Danrem 121/ABW Kodam XII/Tpr), Brigjen TNI Singgih Pambudi Arianto, S.I.P., M.M. (Kapoksahli Pangdam V/Brw), dan Brigjen TNI Wimoko, S.E., M.Si. (Danrem 102/Pjg Kodam XII/Tpr). (Dispenad)
Pendidikan Militer
- Akademi Militer (1986—1989)
- Sesarcabif
- Dik PARA
- Dik PARA Dewasa
- Dik Raider
- Dik Mobile Udara
- Dik Pandu Udara
- Lat Paspampres
- Dik Komando
- Diklapa I
- Diklapa II
- Seskoad (Dikreg XL 2002)
- Susdanyon
- Sesko TNI
- Lemhannas RI
Riwayat Jabatan
- Danyonif 611/Awang Long (2005—2006)
- Dandim 1013/Muara Teweh
- Waasops Danpaspampres
- Asops Danpaspampres (2010—)
- Danrindam IV/Diponegoro (2013—2015)
- Danrem 141/Toddopuli (2015—2016)
- Paban 3 Tahwil Ster TNI (2016—2017)
- Sekretaris Pusterad (2017—2018)
- Kadisjasad (2018—2020)
- Irben Itjenad (2020—2021)
- Asdep Koordinator Pengelolaan Pemilu dan Penguatan Partai Politik Kemenko Polhukam (2021)
- Pa Sahli Tk III Kasad Bidang Sosbudkum HAM dan Narkoba (2021—2022)
- Aster Kasad (2022—2023)
- Pangdam I/Bukit Barisan (2023—2024)
- Sesmenko Polhukam (2024—Sekarang)
Operasi Seroja
Invasi Timor Leste oleh Indonesia, lebih dikenal sebagai Operasi Seroja atau Perang Timor Leste, dimulai pada tanggal 7 Desember 1975 ketika militer Indonesia masuk ke Timor Leste dengan dalih anti-kolonialisme dan anti-komunisme untuk menggulingkan rezim Fretilin yang muncul pada tahun 1974.
Penggulingan pemerintah yang dipimpin secara singkat oleh Fretilin memicu pendudukan dengan kekerasan selama seperempat abad di mana sekitar 100.000–180.000 tentara dan warga sipil diperkirakan telah terbunuh atau mati kelaparan.
Komisi Pengakuan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi di Timor Leste (CAVR) mendokumentasikan perkiraan minimum sebesar 102.000 kematian terkait konflik di Timor Leste selama periode 1974 hingga 1999, termasuk 18.600 pembunuhan dengan kekerasan dan 84.200 kematian akibat penyakit dan kelaparan; pasukan Indonesia dan gabungan pasukan pembantunya bertanggung jawab atas 70 persen dari total pembunuhan.
Bulan-bulan pertama pendudukan, militer Indonesia menghadapi perlawanan pemberontakan yang berat di pedalaman pegunungan pulau tersebut, tetapi dari tahun 1977-1978, militer memperoleh persenjataan canggih baru dari Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara lain, untuk menghancurkan basis Fretilin.
Dua dekade terakhir abad ini menyaksikan bentrokan terus menerus antara kelompok Indonesia dan Timor Leste mengenai status Timor Leste,sampai tahun 1999, ketika mayoritas rakyat Timor Leste memilih untuk merdeka (pilihan alternatifnya adalah "otonomi khusus" sementara tetap menjadi bagian dari Indonesia). Setelah dua setengah tahun transisi lebih lanjut di bawah naungan tiga misi PBB yang berbeda, Timor Leste berhasil merdeka pada tanggal 20 Mei 2002.[18]
Latar belakang
Timor Leste mendapatkan kekhasan teritorialnya dari pembagian Pulau Timor dan kepulauan Indonesia secara keseluruhan, serta fakta bahwa wilayah tersebut dijajah oleh Portugis, bukan Belanda. Kesepakatan untuk membagi pulau antara kedua kekuatan ini ditandatangani pada tahun 1915.
Pemerintahan kolonial digantikan oleh Jepang selama Perang Dunia II, yang kemudian melahirkan gerakan perlawanan yang mengakibatkan kematian dari 60.000 orang Timor, atau 13 persen dari seluruh penduduk pada saat itu.
Setelah perang, Hindia Belanda menjamin kemerdekaannya independen sebagai Republik Indonesia.
Dan Portugis sementara itu kembali mendirikan kontrol atas Timor Timur.
Ketika Timor Timur diserbu oleh Indonesia pada bulan Desember 1975, beberapa sebelumnya terkait untuk menjadi bagian dari nusantara.
Namun, sebagai bekas koloni Portugis, ia tidak memiliki pengalaman kolonial bersama seperti di daerah lain."