Lalu Jusuf Kalla memiliki representasi keberanian dalam mengambil kebijakan.
"Contohnya, berpuluh tahun ibu memasak minyak tanah. Tiba-tiba pak Jusuf Kalla hentikan minyak tanah dan gas. Semua orang kaget dan ternyata bisa," katanya.
Diskusi akan dibuka oleh ulasan 4 orang tokoh terkait budaya Bugis-Makassar.
Ada Guru Besar FIB Unhas Prof Nurhayati Rahman, Antropolog School of Humanities and Social Science Tokyo Metropolitan University Prof Mokoto Ito.
Lalu ada Pemerhati Budaya dan Penyusun Kamus Bugis-Inggris-Indonesia Doughlas Laskowske serta Diplomat Afrika Selatan sebagai Dubes untuk Amerika Serikat 2010-2015 Ebrahim Rasool.
Sementara itu, Empat Jusuf akan diulah oleh empat tokoh berbeda.
Syeh Jusuf diulas Sejarawan dan Birokrat Indonesia Dr Anhar Gonggong.
Jenderal Jusuf bakal dibahas oleh Wakil Presiden RI ke-10 dan 12 Jusuf Kalla.
Lalu Jusuf Habibie diulas oleh anaknya, Dr-Ing Ilham Akbar Habibie.
Sementara tokoh Jusuf Kalla akan diceritakan oleh Prof Hamid Awaluddin, Mantan Menteri Hukum dan HAM RI.
Khusus kesimpulan ulasan prinsip dan karakter Bugis-Makassar dipercayakan ke Ekonom, Budayawan dan Pencetus Komunitas Wali Wanua Drs Taslim Arifin.
Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa mengapresiasi hadirnya kajian tentang 4 tokoh Jusuf.
"Tokoh itu sangat penting untuk kita ketahui, jadikan pembelajaran dan sejarah menunjukkan selalu ada tokoh merepresentasi karakter, semangat dan hal sifatnya simbolik wilayah. Kita angkat dari Sulsel," jelas Prof Jamaluddin Jompa.
"Kita harap ini memberikan penghormatan bagi beliau yang menjadi tokoh Sulsel dan tokoh nasional," lanjutnya.
Diskusi ini akan digelar secara hybrid untuk masyarakat Sulsel maupun warga Internasional. (*)