TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - "4 Ethos, 4 Jusuf" diulas dalam menggali prinsip dan karakter Bugis-Makassar.
Seminar Internasional dalam rangka Dies Natalis Unhas bakal segera berlangsung di Unhas Hotel and Convention, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2024) mendatang.
Ialah Syeh Jusuf, Jenderal Jusuf, Jusuf Habibie dan Jusuf Kalla menjadi representasi tokoh hebat Bugis-Makassar.
Dalam prinsip dan karakter Bugis-Makassar dikenal empat entitas berbeda.
Ada Tau Panrita atau kaum cendekia, Tau Sugik dikenal orang kaya, Tau Mapparenta atau penguasa serta Tau Massege disebut pemberani.
Dari empat entitas ini, melahirkan prinsip dan karakter seorang Bugis-Makassar yang Malempu (Jujur), Warani (Berani), Macca (Cerdas) dan Sugik (Kaya).
"Keempat Jusuf ini diberi kesempatan menjadi pemimpin nasional, maka semuanya kita bedah menjadi empat etos," jelas Prof Hamid Awaluddin, salah satu pembicara nantinya di Kampus Unhas pada Kamis (15/8/2024).
"Segala kebijakan yang dibuatnya kita bedah sebagai pantulan 4 etos," lanjutnya.
Berangkat dari tokoh Syeh Jusuf sebagai representasi keberanian dan kecerdasan.
Tokoh Syeh Jusuf dinilai mampu menentang kolonial meski menerima resiko.
Baca juga: Jusuf Kalla Turun Tangan Damaikan Konflik Israel-Palestina
"Dia dibawa ke Sri Lanka, Banten lalu berakhir di Afrika Selatan. Kecerdasan, dia guru agama. Dia sangat cerdas," kata Prof Hamid Awaluddin.
Lalu Jenderal Jusuf sangat berani dinilai Prof Hamid Awaluddin.
Apalagi, kejujuran Jenderal Jusuf baginya harus menjadi perhatian.
"Saat jadi pejabat, kurang apa budget militer. Tapi tidak pernah ada bisikan Jenderal Jusuf korupsi," lanjutnya.
Jusuf Habibie dilihat sebagai representasi kecerdasan dan teknologi.
Lalu Jusuf Kalla memiliki representasi keberanian dalam mengambil kebijakan.
"Contohnya, berpuluh tahun ibu memasak minyak tanah. Tiba-tiba pak Jusuf Kalla hentikan minyak tanah dan gas. Semua orang kaget dan ternyata bisa," katanya.
Diskusi akan dibuka oleh ulasan 4 orang tokoh terkait budaya Bugis-Makassar.
Ada Guru Besar FIB Unhas Prof Nurhayati Rahman, Antropolog School of Humanities and Social Science Tokyo Metropolitan University Prof Mokoto Ito.
Lalu ada Pemerhati Budaya dan Penyusun Kamus Bugis-Inggris-Indonesia Doughlas Laskowske serta Diplomat Afrika Selatan sebagai Dubes untuk Amerika Serikat 2010-2015 Ebrahim Rasool.
Sementara itu, Empat Jusuf akan diulah oleh empat tokoh berbeda.
Syeh Jusuf diulas Sejarawan dan Birokrat Indonesia Dr Anhar Gonggong.
Jenderal Jusuf bakal dibahas oleh Wakil Presiden RI ke-10 dan 12 Jusuf Kalla.
Lalu Jusuf Habibie diulas oleh anaknya, Dr-Ing Ilham Akbar Habibie.
Sementara tokoh Jusuf Kalla akan diceritakan oleh Prof Hamid Awaluddin, Mantan Menteri Hukum dan HAM RI.
Khusus kesimpulan ulasan prinsip dan karakter Bugis-Makassar dipercayakan ke Ekonom, Budayawan dan Pencetus Komunitas Wali Wanua Drs Taslim Arifin.
Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa mengapresiasi hadirnya kajian tentang 4 tokoh Jusuf.
"Tokoh itu sangat penting untuk kita ketahui, jadikan pembelajaran dan sejarah menunjukkan selalu ada tokoh merepresentasi karakter, semangat dan hal sifatnya simbolik wilayah. Kita angkat dari Sulsel," jelas Prof Jamaluddin Jompa.
"Kita harap ini memberikan penghormatan bagi beliau yang menjadi tokoh Sulsel dan tokoh nasional," lanjutnya.
Diskusi ini akan digelar secara hybrid untuk masyarakat Sulsel maupun warga Internasional. (*)