Pilgub Sumut 2024

Profil Akhyar Nasution Tolak Keras Dukung Bobby Nasution di Sumut, Keburukan Mantu Jokowi Dibongkar

Editor: Ansar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Walikota Medan Akhyar Nasution (kanan) saat diwawancarai di kediamannya yang ada di Kota Medan, Selasa (13/8/2024).

TRIBUN-TIMUR.COM - Profil Akhyar Nasution mantan Wali Kota Medan ogag dukung Bobby Nasution di Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Sumut).

Meski memiliki nama marga 'Nasution' namun Akhyar Nasution menyatakan akan mendukung Edy Rahmayadi.

Akhyar siap berhadapan lagi melawan Bobby Nasution. 

Akhyar dan Bobby pernah menjadi rival di Pemilihan Wali Kota Medan.

Hany saja Akhyar ditumbangkan menantu Presiden Jokowi.

"Saya mendukung Edy Rahmayadi sebagai calon Gubernur Sumut," kata Akhyar, Selasa (13/8/2024). 

Mantan kader Demokrat itu mengungkap alasan ogah dukung Bobby di Pilkada Sumut 2024.

Kader PDIP itu mengatakan, melihat pembangunan Medan saat ini banyak menimbulkan masalah saat  kepemimpinan Bobby Nasution. 

Karena itu dia tak ingin Sumut merasakan hal yang sama seperti kondisi Medan saat ini. 

Akhyar lalu mengatakan, sebagai warga negara dia berkewajiban untuk mencegah hal hal yang tak baik terjadi di Sumut. 

"Berdasarkan pengalaman empat tahun di kota Medan yang pembangunan lebih banyak menimbulkan mudarat dari pada manfaat. Adalah hak saya untuk mencegah tidak terdistribusi ke Sumut. Cukup kota Medan aja yang mendapat mudharat selama 4 tahun ini," kata Akhyar. 

Menurut Akhyar Edy layak untuk melanjutkan rencana pembangunannya di Sumut. 

Selama 5 tahun memimpin Sumut banyak program Edy Rahmayadi yang belum berjalan dengan sejumlah persoalannya. 

"Pak Edy tahun pertama dia bayar utang pemimpin sebelumnya. Tahun kedua covid-19. Tahun ke 4 dan ke 5 dia baru bisa membangun. Banyak rencana-rencana yang tertunda dan wajar untuk kita dukung," sebutnya. 

Sebelumnya Akhyar telah resmi meninggal Demokrat dan bergabung dengan PDIP. Salah satu alasan meninggalkan Demokrat lantaran dukungan yang diberikan kepada Bobby Nasution sebagai calon Gubernur Sumut. 

"Dalam konteks pemilihan Gubernur, partai Demokrat nyata nyata jauh jauh hari sudah menyatakan dukungan terhadap mantu Jokowi. Maka secara moral politik saya tidak mungkin ada di situ.

Karena dua hal ini saya nyatakan tidak sepaham lagi dengan partai Demokrat," kata Akhyar. 

Bobby Nasution vs Akhyar Nasution

Sebagai kader tulen PDIP, bahkan sudah aktif di GMNI sejak mahasiswa, tak ada yang meragukan loyalitas Akhyar Ilyas yang kini menarik perhatian karena meraih rekor sebagai Walikota Medan Defenitif tersingkat sepanjang sejarah.

Itu artinya Akhyar Ilyas akan menjadi walikota tersingkat, karena jabatannya akan berakhir pada 17 Februari mendatang.

Berbicara soal karir politik, Akhyar Ilyas dikenal sebagai politisi senior PDIP, sebab dia bergabung dengan Parpol berlambang banteng moncong putih itu, sejak 1998 hingga 2020, artinya 23 tahun mengabdi.

 Sepanjang karirnya itu, Akhyar Ilyas sempat menjadi anggota legislatif dan selebihnya terlibat sebagai pengurus teras PDIP Sumut.

Namun, nasibnya berubah ketika dia memutuskan untuk maju di Pilkada Medan 2020 kemarin.

Sebab, dia harus berhadapan dengan menantu Presiden Jokowi yakni Bobby Nasution yang berpasangan dengan Aulia.

Sebagai sosok muda, Bobby Nasution dikenal memiliki visi yang baik dan dipandang mampu membangun Kota Medan dia diusung oleh PDIP.

Namun, sosok Akhyar juga dipandang berpengalaman dan dia kemudian maju tidak dari Partai PDIP, tetapi dari Demokrat dan PKS.

 Bagaimana nasib Akhyar Nasution, selain menjadi Walikota Medan tercepat alias pecah rekor, banyak hal yang akan dihadapinya ke depan.

Berikut perjalanan karir politik dan Profil Ahyar Nasution Hidup Berubah Setelah Berani Tantang Menantu Jokowi

Profil

Seperti diketahui, Akhyar Nasution lahir di Medan, 21 Juli 1966.

Ia menempuh pendidikan di SD Negeri 060863/27 Kelurahan Brayan Bengkel, Medan Timur (1974-1980).

Kemudian masuk SMP Negeri 9 Medan, Kelurahan Pulo Brayan Kota, Medan Barat, Medan (kini SMP Negeri 11 Medan, 1980-1983)

Lalu bersekolah di SMA Negeri 3 Medan (1983-1986).

Setelah itu, ia lalu melanjutkan pendidikan S1 Teknik Sipil di Universitas Sumatra Utara (USU) dan meraih gelar Sarjana Teknik (1988-1995).

Sebagai sosok yang penuh dengan kreativitas, selama berkuliah, dia aktif menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Fakultas Teknik USU (1988-1995).

Dikenal sebagai aktivis jempol di masanya

Setelah tamat dari kuliah, ia kemudian bekerja sebagai Karyawan PT Fajar Hamparan Mas (1995-2000).

Sebagai seorang aktivitas, dia memang terlibat dalam pergerakan reformasi dan nasib membawanya ke dunia politik dan kemudian terpilih menjadi Ketua PAC PDI Perjuangan Medan Deli pada 1998-2002.

Sembari aktif di politik, Akhyar tak melupakan pendidikdan menamatkan studi S2 Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan di USU dan meraih gelar Magister Sains (2000-2003)

Kiprah Politik

Matang berpolitik dan menjadi kader andalan PDIP, pada Pemilu 1999, Akhyar maju sebagai calon legislatif dan duduk sebagai Anggota DPRD Kota Medan periode 1999-2004.

Namun, Setelah tidak lagi di legislatif, ia bekerja sebagai wirausaha. Meski dia tak vakum di dunia politik karena aktif bertugas sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan Sumatra Utara (2008-2010).

Kemudian menjabat sebagai Wakil Sekretaris Eksternal (2010-2015) dan Wakil Sekretaris Internal (2015-2019) PDI Perjuangan Sumatra Utara.

Tepatnya pada tahun 20015 lalu, tugas kembali memanggilnya kali ini maju pada Pilwako Medan 2015, ia ditunjuk sebagai calon wakil wali kota Medan mendampingi Dzulmi Eldin.

Hari bersejarah ketika pada Tanggal 17 Februari 2016, dia dilantik menjadi wakil wali kota pada Pelantikan Kepala Daerah Serentak Sejajaran Pemprovsu.

Ia juga bertugas sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi PDI Perjuangan Sumatra Utara (2019-2020).

Pada 17 Oktober 2019, dia menjadi pelaksana tugas wali kota Medan karena Dzulmi Eldin ditahan KPK.

Sejak saat itu ia memimpin roda pemerintahan Medan dengan status Plt, hingga jelang Pilkada.

Maju di Pilkada Medan Bersaing dengan Menantu Jokowi

Memiliki pengalaman dan basis yang kuat Akhyar Nasution kemudian maju di Pilkada Medan Sumatera Utara, berpasangan dengan Salman Alfarisi.

Namun Akhyar Nasution harus beradapan dengan calon kuat lainnya yakni pasangan Bobby Nasution (menantu Presiden Jokowi) dan Aulia.

Belakangan, Akhyar Nasution yang tidak mendapatkan restu dari Partai PDIP kemudian dipecat sehingga dia kemudian maju bukan diusung oleh PDIP, tetapi oleh Demokrat dan PKS untuk maju di Pilwako Medan 2020 dan kalah.

Seperti diketahui pula, sebelumnya, Tim Pemenangan Akhyar -Salman resmi mendaftarkan gugatan Pilkada Medan ke Mahkamah Konstitusi (MK) RI pada 18 Desember 2020 lalu.

Ketua Tim Pemenangan Akhyar-Salman, Ibrahim Tarigan pernah mengatakan pihaknya menduga banyak terjadi kecurangan di Pilkada Medan sehingga membuat pasangan Akhyar-Salman kalah.

Kubu pasangan calon Pilkada Kota Medan 2020, Akhyar Nasution-Salman Alfarisi tak hadir dalam sidang pendahuluan sengketa Pemilihan Kepala Daerah di Mahkamah Konstitusi pada hari ini, Rabu (27/1). Majelis hakim belum tentu melanjutkan sidang berikutnya akibat ketidakhadiran mereka.

Akhyar-Salman adalah pihak penggugat dalam sidang perselisihan Pilkada Medan 2020. Gugatan yang dilayangkan mereka tercatat dengan nomor register 41/PHP.KOT-XIX/2021.

Walikota Tersingkat

Pasca Pilkada Medan dan dia kalah dalam pertarungan ini, namun statusnya masih sebagai Plt Walikota Medan, Akhyar Nasution akan dilantik menjadi Walikota Defenitif.

Sidang Paripurna DPRD Kota Medan dengan agenda pengangkatan Akhyar Nasution menjadi Wali Kota Medan digelar pada Selasa (26/1/2021).

Dalam rapat paripurna itu dihadiri sejumlah pimpinan DPRD Medan, di antaranya Ketua DPRD Medan, Hasyim.

Selain itu Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan, Akhyar Nasution juga hadir bersama Sekretaris Daerah (Seka) Kota Medan, Wiriya Alrahman.

Akhyar Nasution mengatakan, bila dilantik sebagai Wali Kota Medan akan menjadi wali kota definitif tersingkat di Indonesia.
Apalagi, ia akan dilantik jelang berakhirnya masa jabatannya.

"Ya kalau saya jadi Wali Kota nanti, misalnya SK usulan ini bisa diproses, saya akan jadi Wali Kota dengan jabatan tersingkat di Indonesia.Hanya beberapa hari saja," ujarnya kepada awak media, di depan ruang rapat paripurna DPRD Medan, Selasa (26/1/2021).

Akhyar berujar, bahwa pengusulan pengangkatan dirinya melalui rapat paripurna ini sudah terlalu lama jika dihitung sejak keluar nya SK pemberhentian Dzulmi Eldin sebagai Wali Kota Medan.

"Surat Keputusan pemberhentian Dzulmi Eldin sudah keluar 15 Oktober, jadi ada sekitar 3 bulan ini baru diproses pengangkatannya," ungkapnya.

Dikatakannya, selama masa tersebut Kota Medan tidak memiliki wali kota, karena dirinya hanya sebatas pelaksana tugas.

"Jadi selama ini Medan tidak ada wali kotanya.

Karena saya kan Plt saja, wewenangnya tentu berbeda," ucap dia.

Saat ditanyai apakah dirinya ada menerima salinan SK pemberhentian Dzulmi Eldin pada Oktober 2020 lalu, Akhyar mengaku tidak mengeceknya karena saat itu dirinya sedang mengambil masa cuti.

"Enggak tahu, saya enggak cek karena kan waktu itu saya masih cuti," ucapnya.

Seperti diketahui, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan menggelar rapat paripurna dengan agenda pengusulan Plt Wali Kota Medan Akhyar Nasution menjadi Wali Kota Medan definitif, Selasa (26/1/2021).

Dalam rapat paripurna yang berlangsung tidak sampai satu jam tersebut, Plt Sekretaris DPRD Medan Alida membacakan Surat Keputusan (SK) Pengadilan Negeri Medan tentang pemberhentian Dzulmi Eldin sebagai Wali Kota Medan secara tidak hormat pada 15 Oktober 2020 lalu.

Serta pembacaan surat keputusan DPRD Medan tentang pengusulan pengangkatan Akhyar Nasution sebagai Wali Kota Medan dan pemberhentian jabatannya sebagai Plt Wali Kota Medan.

Saat ditemui usai mengikuti rapat paripurna, Akhyar mengatakan terdapat kekosongan jabatan di lingkungan Pemerintah Kota Medan selama sekitar tiga bulan.

Ia mengaku tidak mengetahui penyebab hal tersebut.

"Ya, SK pemberhentian Wali Kota sudah ada Oktober lalu. Berarti sudah tiga bulan tidak ada yang menggantikan posisi Wali Kota.Saya pun tidak mengerti apa penyebabnya," ujarnya kepada awak media, di gedung DPRD Medan, Jalan Kapten Maulana Lubis, Selasa (26/1/2021).

Akhyar menuturkan, terdapat hal yang tidak benar dalam tata pemerintahan Kota Medan karena kejadian ini.

Ia berharap ada perbaikan ke depannya.

"Ini menunjukkan ada kesalahan dalam tata pemerintahan kita.Semoga ini tidak lagi terjadi ke depannya," ungkapnya.

Meskipun jika resmi dilantik menjadi Wali Kota Medan dengan masa jabatan yang sangat singkat, Akhyar mengaku realistis untuk program yang akan dilakukan nya.

"Ya ini kan kalau jadi saya hanya beberapa hari saja jadi Wali Kota.
Itupun kalau jadi. Ya realistis sajalah, apa yang bisa dilakukan beberapa hari.

Hal-hal yang bisa dilakukan tentu dilakukan tapi yang bisa dilakukan dalam waktu dekat saja," pungkasnya.

Berdasarkan rekapitulasi KPU, Akhyar-Salman kalah dari mantu Jokowi, Bobby Nasution yang berpasangan dengan Aulia Rachman.

Bobby-Aulia memperoleh 393.327 suara atau 53,45 persen. Unggul 6,9 persen dengan Akhyar-Salman yang memperoleh 342.580 suara atau 46,55 persen.

Artikel ini telah tayang di TribunMedan/Sripoku.com

Berita Terkini