TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Hasrullah menyoroti tanggapan dari Panglima Dozer Rully Rozano.
Relawan yang mendukung pasangan Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi itu mengeluarkan bahasa yang diduga kurang pantas untuk publik.
Seperti halnya menyebut bahwa anggaran untuk kampanye sebesar Rp50 miliar sangatlah kecil dan mengusung tagline Ratakan Sulsel.
Dr Hasrullah mengatakan, semalam ia diundang sebagai salah satu tokoh untuk melakukan kampanye damai menyambut Pilkada serentak mendatang.
"Dimana salah satu poin dalam kampanye damai itu tidak menggunakan praktek-praktek kurang wajar atau politik uang," katanya saat dihubungi, Jumat (9/8/2024).
Menurut Hasrullah, menyangkut tentang statement dari Panglima Dozer tentang biaya kampanye kecil dan statement ratakan itu sangatlah tidak mendidik.
"Artinya kalau menyangkut tentang itu sebenarnya tidak ada etika untuk diumumkan atau tidak (biaya kampanye), tapi caranya menyampaikan kurang elok tidak komunikatif dan tidak mendidik dan itu mengundang kontestasi wacana di publik," ungkapnya.
"Mentang-mentang ada uangnya apalagi bahwa dia akan ratakan Sulawesi Selatan kita tidak mengerti ini," tambah dia.
Adapun kata Hasrullah, meaning tidak ada pada pembicara melainkan meaning ada pada khalayak.
Olehnya, jika ingin menyampaikan sesuatu harus berada pada kalimat-kalimat yang menyejukkan kepada publik.
"Mungkin meaningnya bagus kita akan masuk ke 24 Kabupaten/Kota, tapi meaningnya meratakan itu akhirnya tidak mendidik itu kata," ujarnya.
Hasrullah mempertanyakan, mengapa jumlah biaya kampanye harus dipublikasikan dan seakan-akan bahwa uang sebesar Rp50 miliar itu sangatlah kecil.
"Maka timbullah reaksi publik, orang yang sombong, orang yang sangat takabur bahwa semua proses pemilik Pilkada ini dilakukan dengan uang jadi ada semacam stigma itu yang muncul," kata dia.
"Saya menganggap bahwa ini adalah cara-cara yang kurang bagus untuk mendidik masyarakat kita dalam proses demokratisasi," tambah Hasrullah.
Menurut Hasrullah, perkataan tersebut melukai hati daripada penyelenggara pemilu dan forkopimda dikarenakan menggunakan kalimat yang tidak tepat.