TRIBUN-TIMUR.COM - Dinas Kesehatan Teluk Bintuni, di bawah kepemimpinan Kepala Dinas Franky Dominggus Mobilala, meraih tiga penghargaan bergengsi dalam Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat.
Acara ini digelar pada Rabu dan Kamis, 24-25 Juli 2024, di Teluk Wondama. Penghargaan yang berhasil diraih diantaranya pencapaian penemuan dan pengobatan kasus TBC terbaik tahun 2023 dengan hasil 122 persen dalam program P2 TBC.
Persentasw layanan yang melaksanakan uji silang slide malaria dengan hasil 92 persen dalam program P2 Malaria, serta pencapaian Kabupaten Teluk Bintuni sebagai kabupaten dengan prevalensi stunting terendah se-Papua Barat dengan capaian 19,6 persen.
Franky Mobilala, yang telah memimpin Dinas Kesehatan Teluk Bintuni selama beberapa tahun, menegaskan bahwa penghargaan ini merupakan hasil dari strategi yang berfokus pada inovasi dan kolaborasi.
Penghargaan tersebut diberikan oleh Pj Sekretaris Daerah Papua Barat, Yacob Fonataba, sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras dan dedikasi Dinkes Teluk Bintuni dalam meningkatkan layanan kesehatan masyarakat.
Dalam pernyataannya, Franky Mobilala menjelaskan bahwa strategi yang berhasil mengantarkan Dinkes Teluk Bintuni meraih penghargaan ini didasarkan pada prestasi penanganan malaria tahun 2018.
"Pada tahun tersebut, kami memperoleh penghargaan tingkat dunia dari PBB di Maroko atas inovasi penanganan malaria yang kami lakukan. Pengalaman ini menjadi landasan kuat dalam mengembangkan strategi kesehatan lainnya," ungkap Mobilala.
Inovasi penanganan malaria yang diterapkan Dinkes Teluk Bintuni tidak hanya diakui di Indonesia, tetapi juga di tingkat dunia.
"Kami masuk dalam jajaran 25 besar inovasi penanganan malaria dunia dan berhasil memenangkan penghargaan dari lebih 700 peserta. Bahkan, di tingkat Asia Pasifik, kami menjadi yang terbaik dari 400 peserta," tambahnya.
Mobilala juga menyebutkan bahwa pendekatan yang digunakan dalam penanganan malaria telah diadaptasi untuk menangani stunting, TBC, dan bahkan Covid-19.
"Keberhasilan kami dalam menangani malaria memberikan kami kerangka kerja yang efektif dalam menangani masalah kesehatan lainnya. Untuk TBC, kami memiliki ATM center (Aids, Tuberkulosis, dan Malaria) yang dilengkapi dengan cross checker Malaria bersertifikasi nasional, sehingga uji silang yang kami lakukan sangat akurat," jelasnya.
Franky Mobilala menekankan bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor kunci dalam mencapai penghargaan ini.
"Kami memiliki tim yang sangat berdedikasi dan terlatih dengan baik. Dalam menangani penyakit seperti TBC dan HIV, diperlukan ketelitian dan inovasi yang terus-menerus," kata Mobilala.
Ia menjelaskan bahwa penanganan TBC bisa memakan waktu hingga enam bulan, dan seringkali penderita TBC juga memiliki penyakit lain seperti HIV, sehingga memerlukan pendekatan yang komprehensif.
Dalam penanganan Covid-19, Dinkes Teluk Bintuni juga diakui sebagai yang terbaik se-Papua Barat.