Mulai dari tidak lolos masuk SMA Taruna Nusantara hingga pernah diarahkan orangtuanya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran.
Namun karena telah memiliki cita-cita menjadi tentara sejak di bangku SMP, Aditya tak pernah patah semangat.
Di dalam kesuksesannya saat ini, juga ada peran mendiang sang kakek, alm I Wayan Jedog.
Sebelum meninggal pada 14 April 2024, mendiang lah yang membuatkan restok atau alat olahraga fisik untuk Aditya, di samping memberikan dukungan moral.
Hal ini pula yang membuat keluarga ini bersedih.
Sebab mendiang yang begitu semangatnya mendukung cucunya menjadi bagian dari militer, justru tidak ikut mendampingi cucunya saat menerima penghargaan sebagai lulusan Akmil terbaik 2024.
Pak Koplo didampingi istrinya, Ni Luh Sumiantari menceritakan, sebelum masuk ke SMAN 1 Sukawati, Aditya pernah mendaftar ke SMA Taruna Nusantara.
Menariknya, saat akan tes pendaftaran, sempat terjadi insiden yang membuat Aditya emosional. Yakni saat itu, Aditya diantar oleh ibunya untuk tes di Denpasar.
Namun di tengah perjalanan, mobil yang dikemudikan ibunya tiba-tiba mogok.
"Saat mogok, Aditya panik, emosional. Akhirnya saya carilah taksi, mobil saya tinggal. Lalu ikut tes, tapi tidak lolos, akhirnya masuk ke SMAN 1 Sukawati," ujar Ni Luh Sumiantari.
Pihak keluarga awalnya mengira Aditya telah mengubur cita-citanya masuk militer.
Karena itu, saat lulus SMA, mereka pun mengarahkan Aditya untuk masuk kedokteran.
Saat itu, Aditya pun menuruti kemauan orangtuanya, dan mendaftar di kedokteran di samping Aditya tetap mendaftar di Akmil.
"Ikut tes kedokterannya dia ikut, tapi hasilnya disembunyikan, lulus apa tidak. Tapi karena di Akmil pengumuman kelulusannya duluan, akhirnya anak kami langsung ke Akmil. Jadinya kami tidak tahu lulus apa tidak di Kedokteran. Kami belokkan ke kedokteran, biar kalau kami tua ada yang ngurus. Tapi karena semangat anak kami di kemiliteran sangat kuat, tentu kami juga sangat mendukung," ujar Pak Koplo. (i wayan eri gunarta)
Laporan Wartawan Tribun Bali I Wayan Eri Gunarta