TRIBUN-TIMUR.COM - Kabar majunya Anies Baswedan di Pilkada Jakarta ternyata berdampak besar.
Sejauh ini, baru Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Kebangkitan Sejahtera (PKS) umumkan bakal calon gubernur yang akan diusung di Jakarta.
PKS bahkan sudah memiliki pasangan lengkap, yakni AMAN (Anies Baswedan-Sohibul Iman).
Saat PKB - PKS sudah pasangkan Anies - Sohibul, sikap partai dari Koalisi Indonesia Maju justri berbeda.
Partai KIM adalah gabungan Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, empat partai non-parlemen yaitu PBB, Partai Gelora Indonesia, PSI.
Padahal ada Ridwan Kamil dan Kaesang Pangarep yang sering digaungkan.
Begitu juga PDIP juga belum menyebut siapa jagoan mereka.
Apakah mereka terkesan menahan diri?
Menurut Pengamat Politik Citra Institute Efriza mengatakan peta politik bisa berubah drastis, ketika Anies Baswedan memilih kembali untuk ikut kompetisi di Pilkada Jakarta.
“Ini ruwetnya karena Pilkada Jakarta masih ada petahana. Anies juga elektabilitasnya di posisi puncak. Anies juga sudah "dipagari" oleh PKS, membuat partai-partai lain bisa jadi sebagai pendukung Anies dan PKS semata, padahal PKS tidak bisa mengusung pasangannya sendiri,” jelas Efriza, Selasa (9/7/2024).
Efriza mengatakan, persoalan semakin kompleks dari kubu KIM calon kuatnya Ridwan Kamil hanya menduduki posisi tiga besar dari hasil survei.
Sedangkan Kaesang hanya layak jadi Cawagub semata malah Kaesang elektabilitas tertinggi di Jawa Tengah.
“Ini artinya KIM harus berpikir bijak, maju untuk persantase kalah besar atau mencoba mempasangkan Anies-Kaesang artinya membongkar pasangan AMAN, rencana ini juga tak mudah karena loyalis pemilih Anies tak suka Jokowi dan keluarga Jokowi,” jelas dia.
Maka dari itu, Efriza menyebut kubu KIM sedang mencoba merumuskan mencari sosok yang layak sebagai calon penantang Anies dengan strategi yang baru dan matang, memungkinkan itu faktor KIM menahan diri saat ini.
Sedangkan PDIP meski banyak pasangan calon, tetapi mengusung Aman, adalah tindakan mengecilkan kualitas organisasi sebagai partai.