Kasus stunting di Maros malah bertambah.
Data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Maros, tercatat 3.055 kasus stunting hingga periode Februari 2024.
Kepala DP3A Maros, Andi Zulkifli Ridwan Akbar mengatakan angka tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan periode tahun sebelumnya.
“Untuk periode Februari tahun 2023, sebanyak 2.784 kasus terdapat kenaikan untuk Februari 2024,” sebutnya, Senin (24/6/2024).
Ia menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan angka stunting di Kabupaten Maros mengalami peningkatan.
Salah satunya banyak ibu hamil yang jarang melakukan pemeriksaan karna beranggapan kondisi sehat.
Kemudian pola hidup yang tidak sehat karena konsumsi makanan yang serba instan.
“Selanjutnya keluarga yang merokok padahal terdapat ibu hamil dan balita,” tambahnya.
Mantan camat Turikale ini menjelaskan sejumlah cara dilakukan untuk menekan angka stunting.
Seperti memaksimalkan kunjungan ke posyandu untuk sasaran calon pengantin (catin), ibu hamil dan balita/baduta.
“Ditambah penguatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang pola hidup sehat di keluarga seperti Dapur Sehat Atasi Stunting dan KTR,” tuturnya.
Ia menambahkan anggaran penanganan stunting di Maros yakni Rp5 miliar.
“Dalam bentuk Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) khusus edukasi, penyuluhan dan sosialisasi karena kami menangani intervensi sensitif dan intervensi spesifik,” tutupnya.
Khusus tahun ini pihaknya menargetkan angka stunting bisa menurun hingga 18 persen berdasarkan survei kesehatan nasional.
Saat ini, Kabupaten Maros masih berada di angka 34 persen pada survei kesehatan nasional.