TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Prof Firzan Nainu dikukuhkan sebagai guru besar atau profesor dalam bidang Ilmu Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin (Unhas).
Pengukuhan berlangsung di Ruang Senat lantai 2 Rektorat Unhas Tamalanrea, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Selasa (11/6/2024).
Prof Firzan Nainu dikukuhkan bersama tiga guru besar lainnya dari Fakultas Farmasi, yakni Prof Yusnita Rifai, Prof Yulia Yusrini Djabir, dan Prof Andi Dian Permana.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Firzan membawakan orasi dengan judul Lalat Buah Drosophila Melanogaster Sebagai Organisme Model Dalam Drug Discovery dan Drug Repurposing: Potensu dan Tantangan Translasinya Dalam Pengobatan.
Prof Firzan memaparkan, penelitian farmasi yang berfokus pada penemuan obat (drug discovery) dan penggunaan kembali obat (drug repurposing) memainkan peran krusial dalam meningkatkan kesehatan masyarakat secara berkelanjutan.
Proses penemuan obat melibatkan serangkaian tahapan kompleks yang dimulai dari identifikasi senyawa potensial hingga uji klinis pada manusia.
Sementara pendekatan drug repurposing mempercepatpengembangan obat dengan memanfaatkan kembali obat yang sudah ada untuk indikasi penyakit baru.
“Keduanya memberikan solusi yang berkelanjutan terhadap tantangan medis yang kompleks dengan menyediakan akses yang lebih luas terhadap terapi yang efektif dan terjangkau,” papar guru besar kelahiran Ujung Pandang, 10 Juni 1982 tersebut.
Prof Firzan mengatakan, meskipun memiliki manfaat yang besar, baik drug discovery maupun drug repurposing dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diatasi.
Salah satunya adalah tingginya tingkat kegagalan dalam pengembangan kandidat obat, yang menyebabkan beban biaya yang besar bagi para peneliti dan perusahaan farmasi.
Untuk mengatasi hal ini, kata dia, beberapa alternatif dalam tahap pra-klinik telah diperkenalkan.
Termasuk penggunaan organisme model non-mamalia yang lebih murah dan mudah dipelihara.
Lebih lanjut dipaparkan bahwa lalat buah (D. melanogaster) adalah salah satu organisme model yang menjanjikan dalam riset farmakologi.
Dengan ukuran yang kecil, siklus hidup yang cepat, dan kemudahan dalam manipulasi genetik, lalat buah telah digunakan secara luas dalam penelitian farmakologi.
Meskipun demikian, kata Prof Firzan, penggunaan lalat buah juga memiliki tantangan tersendiri, seperti keterbatasan dalam mewakili kompleksitas biologis mamalia dan potensi evolusi resistensi terhadap obat-obatan.