"Hasil pertemuannya PJ Gubernur Sulsel berjanji akan datang meninjau langsung, rencana sesudah lebaran. Ini kami anggap sangat lama," kata Andi Aco.
Ada tujuh kepala desa hadir saat audiensi dengan PJ Gubernur Sulsel itu.
Yaitu, Kepala Desa Ulusalu Kadarusman Samad, Kades To Barru Hardianto, Kades Lambanan Burhanudin, Kades Tibussan Juridno, Kades Rante Balla Leanita, Kades Bantu Serak Nur Alam dan Kades Tolajuk Badaruddin.
Selain permintaan eskavator, ke tujuh desa yang hadir juga meminta pembangunan jembatan beton, rabat beton dan talud.
Ia pun berharap rencana peninjauan langsung PJ Gubernur Sulsel dan juga pengerahan alat berat segera dipercepat.
Sebab, kata dia, masyarakat di tiga desa terisolir yang didominasi petani kebun kopi dan cengkeh terancam gagal panen.
"Semoga pengiriman alat beratnya dipercepat, karena masih banyak masyarakat yang masih mengungsi di Bajo mau kembali ke kampung halaman, tapi tidak bisa," terang Andi Aco.
"Karena sebenarnya, kami harapannya, pas kami pulang ke Luwu sudah ada juga Excavator dikirim karena masyarakat mau pulang ke rumah masing-masing, lebaran Idul Adha sama keluarga dan bisa panen kopi," sambungnya.
Hal senada diungkapkan Kepala Desa Lambanan, Burhanudin yang juga ikut dalam audiensi bersama PJ Gubernur Sulsel.
Menurut, ada dua kondisi yang dialami warganya saat ini di Desa Lambanan, yaitu kelaparan dan ketakutan.
"Kenapa saya bilang bisa kelaparan karena akses untuk membawa bantuan tidak bisa karena jalan masih tertutup. Dan kenapa saya bilang ketakutan, karena di atas itu masih sering hujan, jadi potensi longsor masih menghantui mereka," ujarnya.
Bahkan kata Burhanuddin, dirinya sempat mengeluarkan bahasa penegasan ke PJ Gubernur Prof Zudan untuk segera menurunkan alat berat.
"Saya bilang ke pak PJ Gubernur, masyarakatku di sana pak masyarakat ta juga pak," ucap menirukan.
Dampak lain dari akses jalan yang belum terbuka, kata dia, ada puluhan hektar lahan kopi yang terancam membusuk karena tidak kunjung di panen.
Sebab, puluhan petani kopi tersebut masih tertahan di pengungsian karena belum bisa kembali ke rumah akibat akses jalan tertutup.