Herlan Naoki
Siswa SMA Frater Makassar dan Juara III Lomba Esai Persahabatan Jepang-Indonesia Tingkat SMA/Sederajat Periode 2023
PROGRAM pertukaran pelajar antarbangsa antara siswa Indonesia dengan negara-negara lain sudah banyak menghasilkan siswa-siswi berprestasi.
Misalnya, pengiriman pelajar dari Indonesia ke negara lainnya, baik ke Asia, Eropa maupun negara lainnya.
Pertukaran pelajar antarbangsa merupakan impian bagi banyak siswa.
Salah satu keuntungan dari program semacam ini adalah kita dapat mempelajari hal baru mengenai budaya asing atau kita dapat mengeksplor tempat-tempat wisata yang menarik.
Termasuk, mencoba makanan yang belum pernah kita coba, dan mencoba hal-hal baru yang belum pernah kita alami di negara kita sendiri.
Ada salah satu program pertukaran antara Indonesia-Jepang di bidang pendidikan yang menarik perhatian saya.
Program ini mengirim warga Jepang ke Indonesia setiap tahun sebagai pengajar bahasa Jepang yang bertugas sekaligus memperkenalkan budaya, kebiasaan, norma, dan aturan Jepang.
Selain itu, dia juga bertugas menjadi penutur asli bagi siswa-siswi Indonesia yang ingin melatih percakapan bahasa Jepang dengan penutur Jepang secara langsung.
Program pertukaran ini dinamakan sebagai program “Nihongo Partners” yang sudah berlangsung beberapa tahun lamanya.
Bahkan masih berlangsung hingga tahun lalu, 2023. Namun, sekolah yang menerima program ini di Indonesia masih terbatas dan diutamakan bagi sekolah yang memiliki pengajaran bahasa Jepang.
Program tersebut berlangsung kurang lebih 6 bulan dan biasanya pengajarannya dimulai awal September.
Ada hal yang membuat saya begitu senang, yaitu sekolah saya menjadi satu di antara sekolah yang mendapatkan program ini sehingga kami mendapatkan seorang guru penutur asli dari Jepang.
Menjadi satu keuntungan besar bagi siswa-siswi di sekolah saya, terutama yang bergabung di Ekstrakurikuler Jepang atau Japanese Club karena dapat mencoba hal-hal yang belum pernah kami rasakan contohnya memakai baju tradisional Jepang seperti happi, yukata, dan seragam sekolah Jepang saat musim panas dan dingin.
Selain itu, kami dapat mengetahui budaya Jepang lebih dalam, mencoba makanan khas Jepang, memainkan permainan Jepang, dan masih banyak lainnya.
Saya sendiri juga anggota dari Japanese Club.
Hal lain yang membuat saya senang karena kami bisa berdialog dan bercanda bersama secara langsung dengan orang Jepang asli.
Sekolah kami mendapatkan guru atau pengajar dari program Nihongo Partners bernama Kawano Hazuki.
Kami sebut beliau dengan Hazuki sensei.
Sensei berarti guru dalam bahasa Indonesia atau sering disingkat dengan pemanggilan sensei saja.
Hazuki Sensei merupakan mahasiswa dan berasal dari sebuah wilayah Jepang yang bernama Oita.
Hazuki Sensei sangat membantu kami dalam pengajaran bahasa Jepang.
Bahkan dengan sabarnya sensei mengajarkan kami kata demi kata dalam bahasa Jepang yang belum kami ketahui.
Tidak hanya itu saja, sensei juga mengadakan kelas praktik seni menulis kaligrafi Jepang yaitu shodo.
Sensei menjelaskan kepada kami langkah demi langkah agar kami mengikuti dan mempraktikkannya.
Bukan hanya anggota Japanese Club saja yang mempraktikkannya, tetapi seluruh siswa-siswi juga diijinkan untuk mengikuti kelas shodo itu.
Saya sangat menikmati pengajaran shodo karena kelas seni semacam ini sangat saya minati, karena dapat menguji kreativitas otak dalam penulisan, dan melatih tangan agar hasil penulisan kanji menjadi indah dan tidak berantakan.
Tidak hanya itu, kami juga diajarkan seni melipat kertas Jepang atau origami.
Kami diajarkan melipat dan membentuk kertas hingga berbentuk hewan, tumbuhan dan barang-barang.
Seni origami ini mempunyai nilai estetika yang tinggi.
Kertas yang telah dilipat dan dibentuk kemudian dapat menjadi hiasan dinding di sekolah maupun rumah.
Origami sendiri biasa dibentuk seperti burung, kucing, kupu-kupu, bunga, payung, dan bahkan menjadi kotak kado mini.
Hazuki sensei mengajarkan origami dalam berbagai bentuk.
Selama sensei menjadi tenaga pendidik di sekolah kami, banyak hal yang kami lakukan, termasuk masak-memasak.
Dari membuat onigiri, sushi, bento, okonomiyaki, dan menyeduh teh hijau, yang bahasa Jepangnya disebut matcha.
Kami diajarkan mulai dari cara memasak, cara membentuk, cara memainkan dan masih banyak teknik-teknik yang diajarkan kepada kami. Semuanya diajarkan secara terstruktur dan tertata rapi.
Cara pembuatan makanan tersebut diajarkan kepada kami dan kemudian kami praktikkan.
Tapi sebelum kami diajarkan pembuatan dan praktiknya, kami juga dijelaskan mengenai apa itu onigiri, sushi, bento, okonomiyaki dan matcha.
Ada pendahuluan sebelum masuk ke praktiknya berupa materi singkat mengenai hal tersebut.
Tidak hanya itu, kami juga diberitahu saat-saat seperti apa hal tersebut dilakukan.
Selain masak-memasak, kami juga melakukan kegiatan lain seperti memainkan kendama dan tradisi pengusiran setan/oni (acara setsubun).
Kendama sendiri merupakan permainan tangkap bola dengan semacam cekungan seperti piring yang terpasang di tongkat kendamanya dilengkapi dengan bola kayu yang terikat dengan seutas benang yang kuat.
Cara bermainnya adalah menggoyang-goyangkan bola agar masuk di piring atau ujungnya.
Bagi kami para siswa-siswi, permainan kendama ini sangat menghibur.
Sayangnya, tidak banyak dari kami yang berhasil memainkan kendama karena permainan ini perlu fokus agar berhasil menyeimbangkan dalam mengayunkan bola dan menangkapnya.
Meski nampak mudah, tapi bagi sebagian dari kami hal ini tidaklah mudah.
Ada hal yang membuat saya sangat terkejut, ketika sensei mempertunjukkan tradisi yang sering dilakukan oleh orang Jepang setiap musim dingin, yaitu pengusiran oni, yang disebut dengan tradisi setsubun.
Pengusiran setan yang disebut oni itu dilakukan dengan cara melemparkan kacang kedelai ke oni.
Oni akan lari saat dilempar kacang karena konon oni tidak suka dengan kacang.
Satu dari siswa-siswi ditunjuk oleh sensei menjadi oni, dan kami harus melempar kacang kepada oni.
Kelas menjadi lebih seru dan tidak membosankan.
Setelah pelemparan kacang selesai, sisa kacang itu, kami makan bersama-sama, menjadikan suasana kelas sangat akrab.
Selain kegiatan di sekolah, ada banyak kegiatan yang juga kami lakukan bersama sensei di luar kelas.
Misalnya, berpergian ke tempat hiburan, mengikuti event Jepang, dan banyak tempat lainnya.
Setiap kegiatan-kegiatan yang kami lakukan bersama sensei tentu meninggalkan cerita tersendiri.
Banyak hal yang membuat kami senang akan kehadiran sensei di sekolah kami, karena kami dapat belajar banyak hal dari sensei.
Banyak pengalaman yang kami dapatkan ketika bersama-sama sensei.
Pengalaman adalah guru yang bisa membuat kita lebih baik dari sebelumnya.(*)
Naskah telah disunting Meta Sekar Puji Astuti PhD (Dosen Sastra Jepang FIB Unhas, Persada Sulsel)