“Nikmatin aja setiap prosesnya karena aku manusia gitu, enggak yang sempurna. Jadi aku pengin menginspire orang-orang di luar sana yang mungkin ada masalah dengan jerawat, flek, atau lainnya enggak usah berkecil hati gitu,” tutur Kartika.
“Enggak down. Tetap percaya diri, harus ya normal aja. Aku aja manusia bermasalah kulitnya,” tandasnya.
Apa itu Stevens Johnson Syndrome ?
Dilansir dari mayoclinic.org, Stevens Johnson Syndrome (SJS) adalah kelainan serius pada kulit dan selaput lendir yang jarang terjadi.
Biasanya ini merupakan reaksi terhadap pengobatan yang dimulai dengan gejala mirip flu, diikuti dengan ruam nyeri yang menyebar dan melepuh.
Kemudian lapisan atas kulit yang terkena akan mati, terkelupas dan mulai sembuh setelah beberapa hari.
Stevens Johnson Syndrome adalah keadaan darurat medis yang biasanya memerlukan rawat inap.
Perawatan berfokus pada menghilangkan penyebabnya, merawat luka, mengendalikan rasa sakit, dan meminimalkan komplikasi seiring pertumbuhan kembali kulit.
Diperlukan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk pulih.
Bentuk yang lebih parah dari kondisi ini disebut nekrolisis epidermal toksik (TEN). Ini melibatkan lebih dari 30 persen permukaan kulit dan kerusakan luas pada selaput lendir.
Jika kondisi Anda disebabkan oleh suatu obat, Anda harus menghindari obat tersebut secara permanen dan obat lain yang sejenis.
Gejala Stevens Johnson Syndrome
Satu hingga tiga hari sebelum ruam timbul, Anda mungkin menunjukkan tanda-tanda awal sindrom Stevens-Johnson, termasuk:
- Demam
- Sakit mulut dan tenggorokan
- Kelelahan
- Mata terbakar
Ketika kondisi ini berkembang, tanda dan gejala lainnya meliputi:
- Nyeri kulit meluas yang tidak diketahui penyebabnya
- Ruam merah atau ungu yang menyebar
- Lepuh pada kulit dan selaput lendir mulut, hidung, mata dan alat kelamin
- Pengelupasan kulit dalam beberapa hari setelah lepuh terbentuk
Kapan harus ke dokter
Stevens Johnson Syndrome memerlukan perhatian medis segera.
Cari perawatan medis darurat jika Anda mengalami tanda dan gejala kondisi ini.
Reaksi yang disebabkan oleh obat dapat terjadi selama penggunaan obat atau hingga dua minggu setelah penghentian obat.(*)