TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) terus bergerak menangani kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Sejak Januari hingga April, DBD di Sulsel sudah tembus 1.850 kasus.
Hal ini menjadi perhatian Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel.
Kepala Dinkes Sulsel Ishaq Iskandar mengawali langkahnya dengan membuat surat edaran kewaspadaan dini.
"Kewaspadaan dini dengan melakukan 3M plus, pemberantasan sarang nyamuk, mewaspadai peningkatan kasus DBD karena pancaroba," jelas Ishaq Iskandar.
3 M Plus merupakan gerakan inisiasi Kementerian Kesehatan.
Mulai dari Menguras tempat yang sering menjadi tempat penampungan air, misalnya bak mandi, drum atau kendi.
Kemudian Menutup tempat penampungan atau genangan air yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Serta Memanfaatkan kembali limbah barang bekas bernilai ekonomis.
Selain itu, Dinkes Sulsel juga menyalurkan alat tes DBD ke 24 Kabupaten/kota.
Ada juga Abate atau pestisida berbentuk serbuk bisa digunakan untuk mencegah kembangbiak nyamuk penyebab DBD di genangan air.
"Kami distribusikan sarana diagnostik untuk laboratorium, periksa DBD," kata Ishaq Iskandar.
Baca juga: DBD Tembus 1.850 Kasus, Dinkes Sulsel Minta Warga Aktif Bersihkan Genangan Air Sarang Nyamuk
"Ada juga bahan fogging dan abate ke 24 Kabupaten/kota," sambungnya.
Suntikan ini harapnya bisa dimaksimalkan masyarakat untuk mencegah terjadinya demam berdarah.
49 Persen Kasus DBD Jangkit Anak-Anak
Dari jumlah 1.850 kasus, rentang usia 0 sampai 14 tahun mendominasi positif DBD.
"Kasus DBD didominasi pada usia 0-14 tahun dengan 49,94 persen dan 15-44 tahun sebesar 42,90 persen,” ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sulsel Yusri Yunus.
Untuk rentang usia diatas 44 tahun berada diangka 7,16 persen.
Data dihimpun Tribun-Timur.com, lebih rincinya ada 25 persen kasus untuk anak usia 1-4 tahun.
Lalu di rentang usia 15-14 tahun ada sekitar 25 persen.
Kpala Dinkes Sulsel Ishaq Iskandar menyebut gigitan nyamuk penyebab
DBD rentan terjadi di pagi atau sore hari.
Biasanya rentan menyasar untuk anak-anak maupun lansia yang kerap tidur di waktu tersebut.
Kondisi badan yang minim bergerak saat tidur, memudahkan nyamuk hinggap.
"Kalau ada nyamuk banyak penyebarannya. Gigitan nyamuk di pagi hari, kalau ada anak rentan maupun orangtua yang tidur pagi atau sore. Rentan itu digigit nyamuk," jelas Ishaq Iskandar.
Masyarakat pun diminta aktif melakukan gotong royong dalam membersihkan wilayah pemukiman dari genangan air maupun lokasi bersarangnya nyamuk. (*)