PSBM XXIV

Catatan PSBM XXIV, Inilah Pengertian Saudagar Bugis 

Editor: AS Kambie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PSBM XXIV dihadiri Wakil Presiden Ke-10 dan Ke-12 RI Jusuf Kalla, di Hotel Four Poin Makassar Jl Andi Djemma, Minggu (21/4/2024).

Motivasi mencari keuntungan, kata Latanro, sebenarnya tidak berbeda bahkan komplementer dengan ketiga motivasi yang disebut terakhir.

Peningkatan prestise dan kemampuan berperan sebagai tokoh keluarga/kerabat, masyarakat dan agama hanya mungkin jika ditunjang oleh kemampuan material yang diperoleh dari keuntungan usaha.

Peluang berusaha antara lain diawali oleh informasi. Latanro menganggap, informasi tentang kemungkinan atau peluang usaha baru diperoleh dari relasi, teman seorganisasi, dan berita-berita atau analisis-analisis dalam suratkabar dan media massa lainnya.

Perolehan informasi sebagai hasil "omong-omong" dengan teman atau relasi dipermudah oleh sifat Saudagar Bugis yang mudah menjalin persahabatan, tidak sombong, dan luwes dalam pergaulan. 

Pergaulan sebagai unsur yang mengembangkan usaha sudah diisyaratkan dalam “lontarak,” dimana bagi Saudagar Bugis hal itu bukan merupakan sesuatu yang baru. 

Lontarak adalah nasehat atau catatan sejarah yang ditinggalkan masa lalu dan ditulis dengan huruf dan bahasa Bugis pada daun lontar kering.

Ada empat hal yang minta diperhatikan oleh lontarak dalam berusaha. 

Pertama, “kejujuran, karena dapat menimbulkan kepercayaan. 

Kedua, “pergaulan”, karena akan bisa mengembangkan usaha.

Ketiga, “kecakapan”, karena akan memperbaiki pengelolaan usaha.

 Keempat, “modal” karena inilah yang ikut menggerakkan usaha.

Tentang fasilitas pemerintah dilihat oleh Saudagar Bugis sebagai peluang yang harus dimanfaatkan untuk memajukan perusahaan.

Sedangkan dari perspektif budaya kesaudagaran, Prof Dr Mukhlis Paeni (Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin), mengatakan  saudagar itu biasa ciri khasnya "mallabo: (dermawan), kemudian rumahnya besar dan selalu lebih hebat dari orang di sekitarnya.

Dan biasanya Saudagar Bugis itu tidak berkelanjutan. Jika dia mati, mati pula kekayaannya.(*) 

Berita Terkini