Hadiri Syawalan, Sekum PP Muhammadyah Abdul Mu'ti: Minal Aidin Wal Faizin Bukan Ajaran Raslullah SAW

Penulis: Rudi Salam
Editor: Ina Maharani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Abdul Mu'ti membawakan Hikmah Syawalan Keluarga Besar Muhammadiyah Sulsel, Sabtu (20/4/2024)

Dalam tradisi Islam di Indonesia, ungkapan tersebut sering ditambahi dengan permohonan maaf lahir dan batin. 

Dengan demikian, kalimat lengkap yang menyemarakkan kegembiraan Idul Fitri adalah “taqabbalallahu minna wa minkum, minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.” Dengan penyatuan tiga ungkapan ini, umat Islam merayakan momen suci dengan doa dan permohonan maaf yang penuh makna.

 


Makna Syawalan

 

Abdul Mu'ti juga sempat menyinggung penggunaan istilah Syawalan, yang memiliki makna serupa dengan Halal Bihalal. 

Acara semacam itu, ungkapnya, memiliki akar kuat bagi masyarakat muslim Indonesia. Halal bi halal juga sebagai budaya agama yang berakar kuat sejak lama di Muhammadiyah, setidaknya tercatat sudah ada sejak 1924.

Mu’ti menjelaskan akar budaya Halal bi Halal sudah didokumentasikan dengan jelas di Suara Muhammadiyah (SM) tahun 1924 dengan istilah Alal bi Alal, dan pada 1926 ada iklan di SM yang sudah menyebutnya sebagai Halal bi Halal.

Bukti sejarah berupa publikasi di SM tersebut, kata Mu’ti adalah artefak otentik sejarah Halal bi Halal di Indonesia. Menurutnya, jika masih ada yang menyebut budaya – tradisi Halal bi Halal di Indonesia dimulai tahun 1948, pada era Presiden Soekarno, hal itu perlu ditinjau kembali.

Sementara itu Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan Prof Ambo Asse juga menyinggung makna Syawalan sebagai silaturahmi yang dilakukan setelah melaksanakan puasa Syawal. "Setelah puasa 6 hari, muncullah Syawalan," ungkap Ambo Asse.

Ia juga mengapresiasi kehadiran ribuan warga Muhammadiyah yang menghadiri Syawalan. "Saya menyampaikan terima kasih dan rasa gembira, pada hari ini. Alhamdulillah warga persyarikatan Muhammadiyah se Sulawesi Selatan hadir untuk bersilaturahim," ungkapnya.

Ia menyebut, bahwa kemajuan persyarikatan Muhammadiyah bergantung pada pimpinan dan warganya. Ambo Asse menyebut contoh, keberhasilan Unismuh Makassar meraih akreditasi unggul tidak lepas dari kesungguhan segenap sivitas akademika.

Ambo Asse, yang juga diberi tugas tambahan sebagai Rektor Unismuh Makassar, juga banyak menunjukkan berbagai prestasi yang dicapai Unismuh pada era kepemimpinannya.

Berita Terkini