Pertama pemerintahan itu tidak mudah. Butuh serangkaian prasyarat untuk mencapai posisi itu.
Kedua, pemerintahan membutuhkan wibawa. Wibawa itu datang dari pemimpin suatu pemerintahan.
Tidak kalah penting, Ketua Prodi Hukum Tata Negara Unhas itu menambahkan pemimpin harus istiqomah dalam menjalankan roda pemerintahan.
Dia berpandangan kepemimpinan bermuara pada partai politik.
Bahwa partai politik yang merekrut orang kemudian diusung menjadi calon pemimpin suatu daerah.
Proses ini yang juga menuai kritik dari prof Aminuddin.
Bahwa partai politik seharusnya mengacu pada pembentukan karakter pemimpin bukan pada kekuasaan.
Karena ketika acuannya pada kekuasaan hanya melahirkan pangreh praja atau sosok pemimpin yang mengandalkan perintah.
Padahal, pemerintahan membutuhkan sosok yang mengayomi.
Kemudian Prof Aminuddin mempertegas dalam bukunya dengan sub bab pemimpin yang bebal.
Artinya pemimpin yang tidak ingin mendengar
“Makanya juga disitu salah satu sub bab saya beri judul pemimpin bebal artinya pemimpin yang tidak mau mendengar apa yang terjadi di dalam penyelenggaraan kepemerintahannya,” terang Guru Besar Unhas itu.
Prof Aminuddin menawarkan solusi untuk kedepannya dalam memilih pemimpin.
Yaitu jangan salah memilih pemimpin.
Karena dampaknya akan berakibat fatal dan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari masyarakat.