Menurut Xiang dalam sebuah wawancara, ia beralih ke pembuatan baja tahan karat setelah perjalanan ke Jerman pada tahun 1992 yang meyakinkannya bahwa produksi suku cadang mobilnya tidak akan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Perusahaannya diubah namanya menjadi Tsingshan pada tahun 1998, dan perusahaan tersebut tumbuh pesat karena fokusnya pada pengurangan biaya.
Perusahaan ini menjadi perintis dalam penggunaan pig iron nikel yang lebih murah sebagai pengganti nikel logam dalam produksi baja tahan karat, dan menerapkan penggunaan tungku rotary kiln untuk produksi secara kontinu.
Di bawah kepemimpinan Xiang, Tsingshan mulai berinvestasi di tambang nikel di Indonesia pada tahun 2000-an, ketika cadangan masih belum terbukti.
Tsingshan mendirikan kompleks produksi nikel dan baja tahan karat di Sulawesi (Morowali Industrial Park), yang lebih lanjut menurunkan biaya produksi baja tahan karat. Tsingshan juga mendirikan pabrik produksi di India dan Zimbabwe.
Meskipun pada pertengahan tahun 2000-an Tsingshan adalah salah satu produsen baja tahan karat di Wenzhou, pada tahun 2021 perusahaan ini menyumbang hampir seperempat dari produksi global, menjadi yang terbesar dalam industri tersebut.
Kekayaan bersih Xiang diperkirakan oleh Forbes pada tahun 2021 mencapai USD 1,2 miliar.
Beberapa bulan sebelum Maret 2022, Xiang mulai mengambil posisi short besar dalam nikel melalui Tsingshan, sebagai lindung nilai terhadap penurunan harga.
Namun, karena kenaikan harga nikel yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina, Xiang terpaksa membeli kontrak nikel di London Metal Exchange, menciptakan situasi di mana harga nikel di bursa tersebut meningkat lebih dari 100 persen, mencapai lebih dari USD 100.000 per ton sebelum perdagangan dihentikan.
Saat perdagangan dihentikan, Tsingshan mengalami kerugian sebesar USD 10 miliar secara teoritis.
Namun, LME yang dimiliki Hong Kong kemudian secara retrospektif membatalkan perdagangan yang telah terjadi, dan setelah harga stabil dan perdagangan dilanjutkan, kerugian Xiang ditandai sebagai jauh lebih rendah, memicu klaim manipulasi perdagangan oleh bursa untuk keuntungan Xiang Guangda, klaim yang dibantah oleh LME.
Harga nikel akhirnya turun, dan kerugian Xiang berakhir sekitar USD 1 miliar saat ia menutup posisinya.(*)