“Lalu kasi kecap. Kalau ini bisa banyak-banyak, sesuai selera,” lanjut Aksa memeragakan cara memencet botol kecap.
“Hai...hai....” kata Nakajima sambil tersenyum.
Tiap kali Aksa bicara, Nakajima mengangguk ke arah Agus.
Alumnus IMMIM itu langsung mengerti dan segera menerjemahkan pernyataan Aksa.
“Setelah makan coto, sebentar kita makan Konro Kuda di Jeneponto,” kata Aksa.
Dalam perjalanan ke Jeneponto untuk memantau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dikelola PT Bosowa Energi, mereka mampir di RS Primaya, Universitas Bosowa, dan Bosowa Berlian Motor.
Nakajima mempertanyakan kondisi Jalan Poros Makassar-Bulukumba ketika kendaraan mereka mulai tersendat di Sungguminasa, Gowa.
“Makassar ini macet karena Jepang,” ujar Aksa.
Nakajima tersentak setelah mendengar Agus menerjemahkan pernyataan Aksa.
“Coba lihat, yang bikin macet itu. Kalau mobil itu kebanyakan Mitsibushi, Toyota. Kalau motor, Honda, Yamaha, Kawasaki. Semuanya dari Jepang,” jelas Aksa. Nakajima terguncang karena tawa.
“Di Jepang, membangun jalan sama dengan membangun jaringan telepon. Jadi jaringannya dulu dibangun baru datangkan teleponnya,” kata Hiroshi Nakajima
“Di Indonesia, teleponnya dulu dibeli baru bangun jaringannya. Malah ada yang beli kulkas dulu baru tunggu jaringan listrik,” timpal Aksa Mahmud.(as kambie)