TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ketua Harian Dewan Penguji Keahlian Pelaut (DPKP) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Perla) Kementerian Perhubungan Capt Karolus G Sengadji bawakan Kuliah Umum di Politeknik Maritim AMI Makassar (Polimarim), Kamis (23/12/2023).
Karolus membawakan kuliah tamu dengan judul 'Peningkatan Kualitas Pelayanan Ujian Keahlian Pelaut'.
Kegiatan ini dihadiri jajaran petinggi kampus, dosen, tenaga pendidik dan taruna-taruni Polimarim AMI Makassar yang berjumlah 600-an orang.
Sebelum Karolus membawakan kuliah umum, Direktur Polimarim AMI Makassar Amrin Pettarani mengatakan jika saat ini Polimarim adalah satu dari sedikit diklat kepelautan swasta yang telah menggelar Ujian Keahlian Pelaut (UKP) secara mandiri.
“Selamat datang Kapten Karolus di kampus Polimarim AMI. Ini menjadi kebanggaan dan kebahagiaan bagi kami atas kunjungan ini. Apalagi DPKP menyaksikan langsung proses UKP yang telah kami selenggarakan secara mandiri pada beberapa tahun terakhir,” kata Amrin.
“Tentunya kami sebagai diklat kepelautan akan terus mematuhi setiap aturan yang diberlakukan oleh Perhubungan Laut dan tentunya DPKP terkait pelaksanaan ujian keahlian pelaut di tempat kami,” jelasnya.
Baca juga: 328 Taruna Baru Polimarim AMI Ikuti Diklat Bela Negara di Rindam XIV Hasanuddin
Polimarim telah menggelar UKP secara mandiri sejak tahun 2017 lalu.
Pada kesempatan tersebut, Amrin meminta taruna-taruni menyimak materi yang akan disampaikan dalam kuliah umum.
Apalagi materi tersebut berkaitan dengan peningkatan kualitas UKP.
Saat kuliah umum, Karolus menyebut jika pelaksanaan UKP yang telah diselenggarakan Polimarim AMI layak diacungi jempol.
Walau begitu, ia meminta kualitas harus terus ditingkatkan terutama untuk nilai kelulusan wajib di atas angka 70.
“Peningkatan kualitas lulusan UKP baik pra atau pasca prala, harus ditingkatkan," ujarnya.
Dikatakan, passing grade yang wajib dilulusi calon pelaut adalah di angka 70.
"Hal ini untuk mendorong pelaut-pelaut kita berkualitas di atas rata-rata,” tuturnya.
Diketahui, pelaksanaan UKP dilakukan di Computer Based Assessment (CBA) dan dipantau oleh Panitia UKP.
Dalam UKP ini diujikan 10 mata ujian kompetensi untuk jurusan studi nautika dan 9 mata ujian kompetensi untuk permesinan kapal.
Mata ujian keahlian nautika yaitu IPD, kompas dan sistem kemudi, meteorologi, prosedur darurat dan SAR, isyarat visual dan komunikasi, kepedulian lingkungan dan pencegahan polusi, hukum maritim, ilmu pelayaran dan astronomi.
Sementara untuk mata ujian keahlian teknika adalah teknologi bahan, konstruksi dan stabilitas kapal, hukum maritim, perawatan permesinan, pencegahan polusi dan lainnya.
Pada kesempatan tersebut, sejumlah taruna Polimarim AMI melintarkan pertanyaan?
“Apa yang harus kami siapkan Kapten Karolus sebagai calon pelaut muda, agar kelak menjadi pelaut yang tangguh dan hebat?,” ujar Umam, taruna prodi studi nautika.
“Tugas kalian adalah belajar dengan baik. Menguasai teori dan terampil dengan praktik. Mengenal dengan baik kasus-kasus kecelakaan yakni ada tujuh macam, seperti kandas, tenggelam, tubrukan, hingga terbakar,” kata Karolus.
“Jadi hanya satu yang bisa dibilang kecelakaan yaitu kapal terbakar. Mungkin karena korsleting listrik. Tapi kalau kapal mengalami kandas, tenggelam, atau kapal tubrukan, itu murni kesalahan muallim jaga,” tegas pria kelahiran Flores NTT tahun 1959 itu.
Lebih lanjut dosen Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang itu menegaskan jika keunggulaan pelaut Indonesia itu memiliki sikap yang bagus.
“Dan itu merupakan salah satu keunggulan. Juga rajin kita unggul. Komunikasi saja yang kita kalah,” ujarnya.
Sejumlah kelemahan pelaut Indonesia lainnya, kata Karolus, punya penyakit homesick, selalu kangen dengan rumah di kampung dan ibunya. “Untung sekarang sudah semakin canggih teknologi. Bisa menelpon kapan saja,” urainya.
“Bagaimana mau mengurus muatan atau penumpang kalau sedikit-sedikit takut. Kompetensi yang wajib dikuasai itu adalah ahli menyusun muatan, stabilitas kapal, mengurus penumpang. Untuk mesin, menghitung kapasitas bahan bakar, berat mesin, dan lainnya,” jelasnya.
Pada kuliah umum tersebut, Karolus menyebutkan prinsip-prinsip dalam UKP yang dilakukan di CBA atau ujian teori di komputer.
Baca juga: Mahasiswa Polimarim AMI Studi Lapangan dan Sosialisasi Ergonomi di PT PLN Indonesia Power Barru
Yakni, menggunakan acuan kriteria STCW 2020 as amandement.
Terpadu dengan kebutuhan industri atau perusahaan.
Mendidik, umpan balik, dan memotivasi.
Terbuka dan transparan,
Menyeluruh, ranah pengetahuan (kognitif) keterampilan (psikomotor) sikap dan nilai afektif.
Obyektif, sistematis, berkesinambungan, dan adil (fair).
Terakhir sebagai penutup, Karolus menjawab pertanyaan taruna terkait kesukaan di atas kapal.
“Paling saya sukai, ombak besar. Ombak tenang yang paling tidak disukai. Kebersamaan di atas kapal, paling dinikmati,” ujarnya.
Karolus berpesan bagi taruna-taruni yang akan UKP untuk tidak memakai joki.
“Jangan pakai joki. Ada kejadian di sekolah perikanan, peserta kami suspend tidak boleh ujian hingga enam tahun. Ini pelanggaran berat,” tutupnya.(*)