Dalam UKP ini diujikan 10 mata ujian kompetensi untuk jurusan studi nautika dan 9 mata ujian kompetensi untuk permesinan kapal.
Mata ujian keahlian nautika yaitu IPD, kompas dan sistem kemudi, meteorologi, prosedur darurat dan SAR, isyarat visual dan komunikasi, kepedulian lingkungan dan pencegahan polusi, hukum maritim, ilmu pelayaran dan astronomi.
Sementara untuk mata ujian keahlian teknika adalah teknologi bahan, konstruksi dan stabilitas kapal, hukum maritim, perawatan permesinan, pencegahan polusi dan lainnya.
Pada kesempatan tersebut, sejumlah taruna Polimarim AMI melintarkan pertanyaan?
“Apa yang harus kami siapkan Kapten Karolus sebagai calon pelaut muda, agar kelak menjadi pelaut yang tangguh dan hebat?,” ujar Umam, taruna prodi studi nautika.
“Tugas kalian adalah belajar dengan baik. Menguasai teori dan terampil dengan praktik. Mengenal dengan baik kasus-kasus kecelakaan yakni ada tujuh macam, seperti kandas, tenggelam, tubrukan, hingga terbakar,” kata Karolus.
“Jadi hanya satu yang bisa dibilang kecelakaan yaitu kapal terbakar. Mungkin karena korsleting listrik. Tapi kalau kapal mengalami kandas, tenggelam, atau kapal tubrukan, itu murni kesalahan muallim jaga,” tegas pria kelahiran Flores NTT tahun 1959 itu.
Lebih lanjut dosen Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang itu menegaskan jika keunggulaan pelaut Indonesia itu memiliki sikap yang bagus.
“Dan itu merupakan salah satu keunggulan. Juga rajin kita unggul. Komunikasi saja yang kita kalah,” ujarnya.
Sejumlah kelemahan pelaut Indonesia lainnya, kata Karolus, punya penyakit homesick, selalu kangen dengan rumah di kampung dan ibunya. “Untung sekarang sudah semakin canggih teknologi. Bisa menelpon kapan saja,” urainya.
“Bagaimana mau mengurus muatan atau penumpang kalau sedikit-sedikit takut. Kompetensi yang wajib dikuasai itu adalah ahli menyusun muatan, stabilitas kapal, mengurus penumpang. Untuk mesin, menghitung kapasitas bahan bakar, berat mesin, dan lainnya,” jelasnya.
Pada kuliah umum tersebut, Karolus menyebutkan prinsip-prinsip dalam UKP yang dilakukan di CBA atau ujian teori di komputer.
Baca juga: Mahasiswa Polimarim AMI Studi Lapangan dan Sosialisasi Ergonomi di PT PLN Indonesia Power Barru
Yakni, menggunakan acuan kriteria STCW 2020 as amandement.
Terpadu dengan kebutuhan industri atau perusahaan.
Mendidik, umpan balik, dan memotivasi.