TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Dinkes Sulsel) terus melakukan evaluasi terhadap pelonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Dari 24 Kabupaten/Kota yang ada di Sulsel, Makassar menjadi penyumbang kasus terbesar dengan total 100 kasus dalam tiga bulan terakhir.
Adapun total keseluruhan dari 24 Kabupaten/Kota mencapai 629 kasus dan dua di antaranya meninggal dunia akibat DBD.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinkes Sulsel Yusri Yunus mengatakan, lingkungan yang kotor ditambah dengan cuaca panas belakangan dapat meningkatkan jumlah DBD disetiap daerah.
"Apalagi kalau udara dingin seperti ini ditambah udara yang kotor itu bisa memberikan dampak," katanya saat dihubungi, Senin (16/10/23).
Adapun kata Yusri, prevelensi terjadinya DBD dapat dilihat kepada jumlah wilayah serta lingkungan yang kumuh.
"Karena DBD kita tidak bisa melakukan penyelidikan epidemiologi, lebih tepat karena kadang-kadang disekolah digigit nyamuk pulang kerumah demam, atau bisa jadi ditempat mainnya," ujarnya.
"jadi mesti ditelusuri ini anak mainnya dimana, jadi ada penyelidikan. Hasil dari penyelidikan itu nanti kita akan lakukan gelar perkara di Puskesmas," tambah Yusri.
Seperti, lanjut Yusri, di Kota Makassar sudah ada beberapa tempat yang dilakukan pembersihan.
"Ini juga termasuk surat edaran pak Gubernur agar seluruh lingkungan provinsi dilakukan pembersihan wilayah kantor setiap hari Jumat dilakukan," ungkapnya.
Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadinya peningkatan kasus DBD.
"Itu salah satu langkah untuk mencegah DBD karena intinya DBD ada dilingkungan yang tidak bersih," jelasnya.
Berikut data Dinas Kesehatan Sulsel Juli-September 2023 dari 24 Kabupaten/Kota yang terkena DBD
Totoal Kasus DBD 629
- Kota Makassar 100 kasus
- Kabupaten Tana Toraja 84 kasus