Ke esokan harinya, Senin 25 September 2023, ESS mengaku mendatangi sekolah untuk memperjelas kasus dugaan kekerasan tersebut.
"Setelah itu saya datang pada Senin ke sekolah, tapi pak SN ini cuma ketawa-ketawa. Tidak ada itikad baik. Justru kepala sekolah yang menangis-menangis minta maaf," jelasnya.
Karena tidak ada itikad baik dari SN, ibu korban kemudian melaporkan kasus dugaan kekerasan tersebut ke Polrestabes Makassar.
"Laporan di kepolisian, saya sudah beberapa kali nelpon sama polisi di sana, katanya masih menunggu tandatangan apa gitu. Anak saya sudah divisum, hari itu juga pas saya laporkan pada Senin lalu," ungkapnya.
Bahkan, kata dia, dugaan kekerasan yang dialami sang anak bukan pertama kalinya dilakukan oknum guru tersebut.
"Pertama itu kejadiannya bulan lalu, biru seperti dipukul sapu. Tapi anak itu nda pernah mau ngomong," katanya.
Tak sampai di situ, pasca anaknya mengalami dugaan kekerasan, pihak sekolah diduga juga mengucilkan A.
"Kondisi anak saya trauma, dia sudah belajar di ruang guru, tidak di kelas lagi. Semua guru sentimen anak saya, dikucilkan. Dikucilkan karena saya laporkan ke Polrestabes, saya perpanjang ini semua," sebutnya.
Terpisah, Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Ridwan JM Hutagaol mengaku telah menerima laporan korban.
Ia pun akan melakukan upaya mediasi terhadap dugaan kasus dugaan kekerasan tersebut.
Pasalnya si oknum guru, kata dia juga melaporkan orangtua A atas dugaan pencemaran nama baik
"Kita sementara akan lakukan mediasi. Akan kita pertemukan. Karena saling lapor," jelasnya.(*)