Nirwan Ahmad Arsuka Meninggal

Nirwan Ahmad Arsuka, Insinyur Nuklir UGM Sebatang Kara yang Laik Jadi Pahlawan Literasi

Editor: Ari Maryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto semasa hidup pegiat literasi nasional, Pustaka Bergerak, Nirwan Ahmad Arsuka

MAKASSAR, TRIBUN - Indonesia kehilangan tokoh dan pegiat literasi nasional, Pustaka Bergerak, Nirwan Ahmad Arsuka (1967 - 7 Agustus 2023) akhir pekan ini.

Di Rumah Sakit Cipto Mangkusumo (RSCM) Jakarta, sejak pagi, puluhan sahabat, sejawat, aktivis literasi, komunitas seniman dari Utan Kayu, dan jurnalis dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) datang memberikan penghormatan terakhir ke almarhum.

Wakil Menteri Kominfo Nezar Patria secara khusus datang memberi penghormatan terakhir.

Bahkan Anies Baswedan, teman sejawat aktivis Reformasi Nirwan saat di UGM Jogyakarta, juga menuliskan ucapan duka mendalam atas kepergian sahabatnya.

Sahabat almarhum, Salahuddin Alam, menyebut karya dan kiprah Nirwan sebagai pejuang literasi laik mendapat apresiasi.

Salahuddin menyebut, Nirwan adalah sosok penting sata dia merintis Pustaka Jeruji Indonesia, yang dia gagas di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Batangase Maros, tahun 2016 lalu.

“Sampai Mbak Najwa, datang khusus ke Maros, untuk menayangkannya ke Mata Najwa, Kak Nirwan ada di balik itu semua,” ujar Salahuddin.

Menurutnya, sejak awal dekade 2000-an, Nirwan sudah merintis kebangkitan literasi Indonesia, di masa digital.

Nirwan sepertinya sudah mewakafkan dirinya untuk literasi.

“Literasi adalah istri dan anaknya sekaligus. Sampai akhir hayatnya, dia sebatangkara dan menghabiskan umur untuk literasi kebudayaan.”

Sejatinya, kata Salah, sebagai insiyur teknik Nuklir di Fakultas Teknik UGM, di awal dekade 1990-an, Nirwan memiliki banyak peluang untuk jadi peneliti dan bekerja di lembaga internasional.

Namun, Nirwan justru memilih mengabdikan diri untuk jadi penjaga tonggak kebudayaan dengan membaca, menulis, dan bergerak ke pelosok Indonesia, mengkampanyekan gerakan membaca.

Insiatif Nirwan yang selalu dikenang Salahuddin, adalah saat dia menemui Presiden Joko Widodo untuk meminta merangsang warga negara menghidupkan gerakan Literasi.

“Atas jasanyalah, Presiden Jokowi instruksikan Direktur PT Pos Indonesia, untuk menggratiskan pengiriman buku-buku minimal 10 Kg ke Pustaka Bergerak gratis tiap tanggal 17,” ujar Salah.

Hanya saja, Nirwan sempat menye utkan, gerakan ini masih kurang respon dari masyarakat.

Almamaternya, UGM, acara reuni tahunan alumni, memberi penghargaan khusus ke Nirwan.

Nirwan, di perhelatan Nitilaku tahun 2022 lalu, memberi penghargaan “Alumni Mengabdi Award”, yang penyerahannya dilakukan pada acara Malam Alumni di Gedung Grha Sabha Pramana, Jogyakarta, Sabtu (17/12/2022).

Bersama lima alumni lainnya, Nirwan dinilai mengabdikan diri kepada masyarakat sangat menginspirasi yang terpilih memperoleh penghargaan.

Salah satu di antaranya adalah Nirwan Ahmad Arsuka, alumnus Jurusan Teknik Nuklir, Fakultas Teknik UGM, angkatan 1986.

Dilansir situs resmi UGM, disebut, selama kuliah, Nirwan selain mendalami ilmu nuklir, juga menekuni dunia sastra dan budaya.

Ia bergabung dalam Kelompok Pinggir Kali Code (Girli) untuk mengajari anak-anak jalanan belajar membaca.

Selama mahasiswa ia ikut berbagai demonstrasi menentang rezim dan terlibat dalam kongres kebudayaan.

Meskipun tidak bekerja di industri pernukliran, jejak ilmunya terlihat dari karya tulis yang menghubungkan perkembangan teknologi dengan kebudayaan.

Tulisannya tentang teknologi, sastra, dan budaya tersebar di berbagai media populer maupun ilmiah, nasional maupun internasional.

Nirwan lama bergiat di Bentara Budaya Jakarta dan menjadi editor tamu Lembar Budaya Bentara Kompas.

Di Perahu Pustaka Pattingalloang, Selat Makasar, 2015

Pada 2014 ia menginisiasi pembentukan Pustaka Bergerak. Tidak seperti perpustakaan konvensional yang menunggu pembaca datang, Pustaka Bergerak menghampiri pembacanya.

Tujuan kegiatan ini adalah menumbuhkan minat baca anak-anak di pelosok-pelosok Tanah Air.

Sebab, sebagai pemilik masa depan, mereka harus berbekal ilmu pengetahuan dan kecerdasan agar berhasil mengarungi kehidupan. “Buku bisa membantu,” ucap Nirwan yakin.

Nirwan adalah pemelihara kuda. Ide gerakan literasi ini ditemukan saat ia berkuda dari Pamulang, Tangerang Selatan ke Parongpong, Bandung Barat.

Setiap kali ia singgah di satu tempat, anak-anak menyambutnya. Selain tertarik pada kuda, mereka membantu mencari rumput dan berbagi cerita tentang kampung.

Tetapi ketika ditanya tentang sejarah dan asal-usul kampungnya, anak-anak tidak bisa menjawab.

Kepala Nirwan pun dipenuhi berbagai macam pertanyaan dan kekhawatiran: jangan-jangan kelak mereka benar-benar buta akan sejarah dan budaya mereka sendiri, apa jadinya nanti?

Gagasan berbagi ilmu dan pengetahuan ke anak-anak di pelosok-pelosok tanah air diwujudkan dalam bentuk Pustaka Bergerak.

Diawali dengan membawa buku-buku dari gudang penerbit dan buku-buku bekas dari kawannya, Nirwan dengan kudanya mulai menghampiri pembacanya, yakni anak-anak di desa-desa yang haus ilmu dan pengetahuan.

Sadar banyak orang yang mau melakukan apa yang diperbuatnya, ia menghimpun para relawan untuk mengumpulkan dan menjajakan buku-buku kepada anak-anak yang membutuhkan.

Pustaka Bergerak pun bergerak di mana-mana dengan berbagai moda, seperti kuda, sepeda, sepeda motor, bendi, perahu, gerobak, becak, hingga berjalan kaki membawa noken berisi buku.

Kini Pustaka Bergerak tumbuh menyebar di seluruh penjuru Indonesia dengan 3.000 lebih simpul dan melibatkan 27.000 relawan.

Warga juga bersemangat dan mau bergotong royong untuk menyebarkan ilmu dan pengetahuan.

“Dari para relawan, kami memperoleh cerita, bahwa minat baca anak-anak Indonesia umumnya sangat tinggi. Hanya saja terkendala oleh akses dan pasokan buku-buku bermutu,” tutur Nirwan.

Gerakan literasi ini mendapatkan energi besar setelah Presiden Jokowi memerintahkan PT Pos Indonesia untuk memfasilitasi pengiriman buku gratis ke seluruh penjuru Indonesia setiap tanggal 17.

Pengiriman buku gratis ini tidak saja meningkatkan gairah anak-anak membaca tetapi juga mengobarkan semangat gotong royong warga untuk bersama-sama mempercepat pengerahan ilmu pengetahuan dari pusat ke pinggiran, dari pinggiran ke pelosok-pelosok.

Kini Nirwan mengembangkan platform digitalisasi budaya gotong royong dengan memanfaatkan teknologi blockchain.

Relawan yang aktif menyebar buku, menulis artikel, membangun simpul, dan melakukan kegiatan kreativitas lain akan mendapatkan reward berupa token kripto.

Kreativitas itu bisa berupa produk digital, termasuk non fungible token atau NFT.

Berita Terkini