PSM Juara

PSM Makassar Juara Tanpa Hadiah Uang, Pengamat Sepak Bola: Pengelolaan Kompetisi Tidak Sehat!

Penulis: Kaswadi Anwar
Editor: Saldy Irawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - PSM Makassar hanya mendapat trofi Liga sebagai juara kasta tertinggi sepak bola Indonesia.

Klub kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel) tidak mendapat hadiah uang sebagai juara Liga 1 2022-2023.

Pengamat sepak bola, Akmal Marhali nilai tidak adanya uang hadiah kepada tim juara bentuk pengelolaan kompetisi yang tidak profesional.

"Ini pengelolaan kompetisi yang tidak benar dan tidak profesional dan juga tidak sehat. Kenapa tidak sehat? Seharusnya juara Liga Indonesia itu ada hadiah uangnya," katanya kepada tribun-timur Selasa (18/4/2023).

Bahkan kalau mau dibuat rinci, banyak hal harus diberikan oleh klub Liga 1.

Akmal mencontohkan pengelolaan Liga Inggris. Setiap klub dari peringkat satu hingga 20 semua dapat uang.

Setiap akhir musim, pengelola Liga Inggris membagi-bagikan hadiah uang kepada 20 peserta, yang terdiri dari empat komponen berbeda. 

Dua dari empat komponen tersebut punya jumlah uang yang sama, yakni dari hak siar internasional (International TV) dan Central Commercial.

Besaran uang yang diterima masing-masing klub berbeda pada komponen facility fees dan 
merit payment. Komponen yang disebut terakhir ditentukan dari peringkat akhir di papan klasemen.

"Di Liga Inggris, peringkat satu sampai 20 semua dapat uang.  Belum lagi ada uang dengan jumlah nominal tertentu ke peringkat satu, dua. Ada hitungannya," jelas Koordinator Save Our Soccer (SOS) ini.

Akmal menyebut, di Indonesia justru aneh karena tim juara tidak mendapatkan hadiah uang. Justru, tim fair play yang diberikan uang sebesar Rp 100 juta.

Makanya, ia mendorong perbaikan kompetisi di sepak bola Indonesia di musim mendatang.

"Di Indonesia, ini merupakan masalah besar ketika kompetisi, ada tim juara tidak mendapatkan hadiah. Bahkan, kalah dari tim fair play yang dapat Rp 100 juta," sebutnya.

"Masa iyya juara tidak dapat sama sekali. Ini blunder besar, blunder fatal PT LIB dalam mengelola kompetisi. Ini harus dibenahi ke depannya," sambung Akmal.

Menurutnya, tidak ada keistimewaan bagi klub jika semua dapat Rp 5,5 miliar sebagai yang subsidi. Uang tersebut pun dibagi ke dalam 10 termin, artinya setiap bulan klub dapat Rp 500 juta. 

Halaman
12

Berita Terkini