"Setelah insiden ini kami berjanji tidak akan bermain di Lutim. Kami dua kali dapat tindakan keras. Makanya kami tidak mau ke sana," jelas mantan pemain Deltras Sidoarjo ini.
Ketiga, Arson mencium indikasi pengaturan pertandingan. Ia mencurigai Asprov PSSI Sulsel ingin meloloskan tim (Perslutim).
Sebab, ia melihat pada putaran kedua pengaturan jelas sekali untuk tuan rumah. Bahkan sampai ke wasit.
"Semua partainya pengaturan mulai lawan Persipangkep, lawan kami pun juga. Sampai wasit sampaikan ke pemain jangan kasi masuk gol ke gawang Perslutim. Wasit loh yang sampaikan itu ke pemain," ungkap dengan nada kesal.
Lulusan Fakultas Teknik ini mengaku, pihaknya siap bermain jika lokasi pertandingan dipindahkan ke Bone.
Dia menilai, fasilitas di Stadion Lapatau, Bone lebih mendukung. Lapangan bagus dan ada loker room.
Namun, Asprov PSSI Sulsel tidak memilih Bone karena salah satunya karena keamanan. Banyak penonton.
Arson pun mengusulkan, jika dipermasalahkan keamanan lebih baik pertandingan tanpa penonton.
"Bone punya stadion, fasilitas memadai. Bagaimana kalau diadakan saja tanpa penonton, karena ini babak final kalau yang dipermasalahkan soal keamanan di Bone," pungkasnya. (*)