TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengusaha sukses HM Jusuf Kalla (JK) berbagi kisah perjalanan panjang dunia bisnis di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Cerita ini dibagikan Jusuf Kalla dalam talkshow 'Pengusaha ke Pengusaha untuk Masa Depan Indah' di Soaraja Ballroom Wisma Kalla, Makassar, Senin (30/1/2023).
Mantan wakil presiden dua periode ini bercerita kemajuan perdagangan Sulsel bermula di tahun 1950.
"Di tahun 50-an, saya tinggal di Jl Sulawesi. Saya lihat Pelabuhan Makassar ramai, saat itu Sulsel masih hub perdagangan ekspor impor," jelas Jusuf Kalla.
"Hampir semua kebutuhan pokok itu diimpor mulai dari semen, tekstil, susu dan banyak lagi," sambungnya.
Disebutnya, ada empat pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan.
Pelabuhan Belawan di Medan, Pelabuhan Tanjung Priuk di Jakarta Utara, Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya serta Pelabuhan Soekarno Hatta di Makassar.
Pelabuhan di Makassar menjadi pusat distribusi barang di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Di era 50-60-an, Makassar pun berjaya dengan aktivitas ekspor dan impor.
Namun, memasuki tahun 70-80-an, JK menyebut Makassar mulai tidak menjadi pusat distribusi.
"Di tahun 70-80an industri berkembang di jawa. Semua ada pabrik di Jawa, maka impor hilang. Adanya hanya perdagangan antar pulau yang biasa diekspor kayu, rotan dan lainnya," jelas JK
"Akhirnya ekspor impor menurun, kita tidak lagi menjadi distributor karena dari Jawa langsung ke Palu, Ambon. Makassar hilang sebagai hub distribusi, karena itu ekonomi Sulsel menurun," sambungnya.
JK pun kembali bergerilya di Sulsel memanti warga untuk meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan.
Baca juga: Jusuf Kalla Dorong Tambang Nikel Lutim Dikelola Pengusaha Lokal
Baca juga: Genap Berusia 59 Tahun, Wali Kota Makassar Danny Pomanto Dibanjiri Ucapan Selamat Ulang Tahun
Pria asal Bone ini menyerukan peningkatan produksi kopi, cokelat, jambu mete' hingga udang.
Dalam perjalanannya, JK mengaku mendapat tantangan.
Terlebih, untuk mengubah mindset masyarakat yang hanya fokus di pertanian padi.
Padahal, JK ingin petani juga memanfaatkan sektor perkebunan lainnya.
"Susah sekali mengubah masyarakat untuk tanam kopi, cokelat, atau untung udang," tegasnya.
"Saya bilang jangan kurangi sawah, tapi jangan juga perluas sawah. Biarkan sawah menjadi jagung, cokelat tapi produktivitasnya kita tingkatkan itu ditahun 80 akhir," lanjutnya.
Gerilyanya ke masyarakat berbuah hasil.
JK menyebut 10 tahun setelahnya, hasil usahanya mulai nampak.
Hasilnya pun terlihat jelas kala masa krisis moneter di tahun 1998.
Baca juga: Breaking News: Jusuf Kalla Pulang Kampung, Kumpul Pengusaha Demi Kembalikan Kejayaan Saudagar Sulsel
Baca juga: Sambangi PT BMS, Basmin Mattayang Ajukan Permintaan Khusus ke Suhaeli Kalla
"10 tahun kemudian ini berhasil. Di krisis 98, disitulah kemakmuran Sulsel. Saya bilang ini hanya krisis di Jawa saja. Kita di sulsel tetap makmur kok," tegas Jusuf Kalla.
"Jadi kemakmuran kita itu saat jaman krisis telah disiapkan sebelumnya," tutupnya.
Kisah ini pun mengundang decak kagum dari para pengusaha di Sulsel.
Talkshow ini dihadiri sejumlah tokoh penting di Sulsel.
Dalam acara itu ada CEO Kalla Group Solihin Jusuf, Ketua Umum IKA Unhas Andi Amran Sulaiman, Ketua Kadin Sulsel Andi Iwan Darmawan Aras, Ketua HIPMI Sulsel Andi Rahmat Manggabarani, Ketua Apindo Sulsel Suhardi.
Kemudian Andi Idris Manggabarani, Ilham Arief Sirajuddin, Arief Mone hingga Majyen TNI (P) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki.(*)